TAKHRIJ HADIS TENTANG
PERINTAH BERTAQWA KEPADA
ALLAH SWT
DI MANA SAJA BERADA
Oleh: Hadi Purwanto
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH
Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber
pengetahuan tersebut ada dua macam, yaitu naqli dan aqli. Sumber
yang bersifat naqli merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan
yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus maupun masalah
dunia secara umum. Sumber naqli yang paling otentik bagi umat Islam
dalam hal ini adalah Al-Qur’an dan hadits.
Hadis bagi umat Islam menempati urutan kedua sesudah Al-Qur’an karena
disamping sebagai sumber ajaran Islam hadis juga secara langsung terkait dengan
keharusan mentaati Rasulullah SAW, dan juga berfungsi sebagai penjelas (bayan)
bagi ungkapan-uangkapan Al-Qur’an yang masih bersifat mujmal, ‘am
dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya di
Indonesia hadits diajarkan disemua sekolah baik sekolah umum maupun sekolah
agama. Pada sekolahan umum hadits masuk dalam pelajaran agama Islam (PAI)
sedangkan hadits pada sekolah agama seperti Madrasah masuk dalam pelajaran
Al-Qur’an Hadits.
Namun pada buku-buku teks
yang beredar di sekolah umum ataupun sekolah agama hadits ditulis hanya berupa
teks (matan) serta perawi I dan mukharrijnya saja. Tidak hanya
itu pada teks tersebut tidak dicantumkan kualitas hadits tersebut.
Dalam makalah
ini penulis berusaha meneliti kualitas sanaad dan matan hadis Nabi berkenaan
dengan takwa yang terdapat pada buku Al-Qur’an hadis Madrasah Ibtidaiyah kelas
V yang berbunyi:
عَنْ اَبِيْ ذَرٍّ قَالَ , قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ
Artinya:
Dari Abu Dzar
berkata, bahsanya Rasulullah SAW bersabda, bertakwalah kepada Allah di mana
saja kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, supaya
perbuatan baik itu menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang
baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa persoalan berikut?
1. Dalam
kitab-kitab mana saja terdapat hadis-hadis yang memuat tentang bertakwa kepada
Allah SWT di mana saja berada ?
2. Bagaimana
kualitas sanad dan matan hadis tentang bertakwa kepada Allah SWT di mana saja
berada?
II. PEMBAHASAN
A. TAKHRIJ HADIS
Secara bahasa Takhrij berasal dari kata خَرَجَ ـ يَخْرُجُ ـ خُرُوْجًا yang berarti keluar, kemudian
mendapatkan tambahan tasydid pada ‘ain fi’ilnya sehingga menjadi خَرَّجَ ـ يُخَرِّجُ ـ تَخْرِيْجًا yang mempunyai arti
mengeluarkan.
Sedangkan menurut istilah Muhadditsin,
takhrij hadis berarti
menunjukkan letak suatu
hadits Nabi yang dimaksud dalam sumber aslinya dengan menerangkan rangkaian sanadnya dan
kemudian menjelaskan nilai hadits tersebut.
Dalam melakukan takhrij hadis ada beberapa metode yang
dapat digunakan hal ini dikarenakan pada kitab-kitab hadis mempunyai cara
penyusunan hadis yang berbeda-beda. Diantara kitab-kitab hadis tersebut ada
yang disusun berdasarkan tema-tema tertentu seperti kitab Al-Jami Al-Sahih
li al-Bukhary dan Sunan Abi Daud. Sedangkan kitab hadis yang
tersusun berdasarkan nama perawi paling
atas yakni sahabat seperti kitab Musnad Ahmad bin Hanbal. Adapun kitab
yang tersusun berdasarkan alphabet Arab seperti kitab Al-Jami’ al-Shagir.
Karena adanya perbedaan
cara penyusunan kitab hadis tersebut maka diperlukan cara-cara yang berbeda
dalam melakukan takhrij hadis. Ada lima
cara melakukan takhrij hadis, yaitu:
- takhrij dengan kata (bi al-lafzi),
- takhrij dengan tema (bi al-maudu’i),
- takhrij dengan permulaan matan (bi awwal al-matan),
- takhrij dengan sanad pertama (bi al-rawi al-a’la)
dan
- takhrij dengan sifat (bi al-shifah)
Syuhudi Ismail
menyebutkan sedikitnya tiga hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij
dalam penelitian hadis yaitu:
1. Untuk mengetahui
asal-usul hadis yang akan diteliti
2. Untuk mengetahui
seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti
3. Untuk mengetahui
ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada sanad yang
diteliti.
Dalam pelaksanaan takhrij
kali ini penulis menggunakan metode takhrij melalui lafal-lafal hadis (takhrij
bi al-fazh) dengan menggunakan kitab Mu’jam Mufahras li Alfazh al-Hadis
al-Nabawi, dan Program Maktabah Syamilah.
Adapun potongan hadis yang menjadi objek kajian dalam penelitian
ini adalah:
اتَّقِ
اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ،
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Berdasarkan potongan hadis di atas maka penulis menelusuri dalam
kitab Mu’jam Mufahras li Alfazh al-Hadis al-Nabawi, dan Program Maktabah
Syamilah. Pada penelusuran matan hadits yang menggunakan kitab Mu’jam
Mufahras li Alfazh al-Hadis al-Nabawi, penulis menggunakan dua lafal kata
kunci yakni kata ‘اتق’ dan ‘أتبع’. Kata ‘اتق’ digunakan karena menurut penulis merupakan kata awal mada matan
hadits ini. Sehingga dengan menggunakan kata awal dari permulaan matan ini
memudahkan menemukan matan yang akan diteliti. Sedang kata ‘أتبع’ digunakan sebagai
pelengkap dalam pencarian matan hadits ini.
Selanjutnya kata penelusuran kata ‘اتق’ dicari pada kata وقى sebab kata
‘اتَّقِ’ sendiri merupakan fi’il amr tsulatsi
mazid bina al-multawiy sedangkan asal katanya adalah وقى . Adapun pencarian
kata ‘أتَّبِعْ’ dicari pada kata
تبع sebab kata ‘أتبع’ sendiri merupakan fi’il amr tsulatsi
mazid bina shahih sedangkan asal katanya adalah تبع . pengunaan sal kata ini
dikarenakan susunan kata dari kitab Mu’jam Mufahras li Alfazh al-Hadis
al-Nabawi berdasarkan kata asalnya.
Sedangkan penelusuran kata menggunakan Program Maktabah Syamilah penulis memilih menggunakan satu potongan kalimat
yaitu اتَّقِ اللَّهَ
حَيْثُمَا كُنْتَ . Hal ini dipilih karena pada Program Maktabah Syamilah kita
dapat mencari hadits menggunakan satu kata atau lebih bahkan dapat juga satu
kalimat lengkap. Pemilihan اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
yang merupakan 1/3 matan hadits menurut penulis memudahkan karena hadits yang
akan muncul pada Program Maktabah Syamilah adalah hanya hadits yang
mengandung kata tersebut.
Berdasarkan dua metode penelusuran hadits tersebut ditemukan
kelengkapan potongan hadis di atas pada beberapa kitab hadis, yakni:
NO
|
Kitab Mu’jam
Mufahras
|
NO
|
Program Maktabah Syamilah
|
1.
2.
3.
|
Darimi: Riqaq Bab 74
Tirmidzi: Birrun 55.
Ahmad Bin Hambal: 5, 153, 158, 169, 228
dan 226.
|
1.
2.
3.
|
Tirmidzi: 55 Bab Ma Ja’a fi ma’asyirati al-Nas,
Juz 7, Hal 488, no. 2115
Darimi: 74 bab Fi Husni al-Khalq, Juz 9, Hal
55, no. 2847.
Ahmad bin Hambal: Bab al-Majallatu
al-Khamis, Juz 5, Hal 153, no. 21354. Bab al-majallatu al-khamis,
juz 5, hal 157, no. 21403
|
Berdasarkan informasi
dari tiga sumber di atas, ditemukan kelengkapan matan hadis yang tengah
diteliti. Berikut adalah bunyi teks hadis secara lengkap:
- Sunan
At Tirmidzy, No. 2115.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ مَهْدِىٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِى ثَابِتٍ عَنْ
مَيْمُونِ بْنِ أَبِى شَبِيبٍ عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ
–صلى الله عليه وسلم- « اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ
الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ».
- Sunan
Ad-Darimi no. 2847.
أَخْبَرَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ
أَبِى ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِى شَبِيبٍ عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- :« اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ ».
- Musnad
Ahmad bin Hambal, no. 21354
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، عَنْ حَبِيبٍ ، عَنْ
مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ : : اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ.
- Musnad
Ahmad Bin hanbal, no. 21403.
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ ، عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ
حَبِيبٍ ، عَنْ مَيْمُونٍ ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ ، قَالَ
: قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَوْصِنِي . قَالَ : اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا
كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ
بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
B. I’TIBAR HADIS
Kata
i'tibar ( اِعْتِبَار ) menurut bahasa berarti mengambil
pengajaran. Sedangkan menurut istilah ilmu hadits, i'tibar
berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadits tertentu, yang
hadits itu pada bagian sanadnya
tampak
hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain
tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak
ada untuk bagian sanad dari sanad hadits dimaksud.
Dengan
dilakukannya al-i'tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadits yang
diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang
digunakan masing-masing periwayat yang bersangkutan.
Setalah selesai melakukan I’tibar seluruh sanad maka
langkah selanjutnya adalah membuat skema sanad. Pembuatan skema sanad ini untuk
mempermudah dan memperjelas proses kegiatan i'tibar, diperlukan pembuatan skema untuk
seluruh sanad bagi hadits yang akan diteliti.
Dalam
melukiskan jalur-jalur sanad, garis-garisnya harus jelas sehingga dapat dibedakan antara jalur
sanad yang satu dengan jalur sanad yang lainnya. Pembuatan garis-garis
jalur sanad terkadang harus diulang-ulang perbaikannya bila hadits yang diteliti
memiliki sanad yang banyak.
Nama-nama
periwayat yang ditulis dalam skema sanad meliputi seluruh nama, mulai dari
periwayat yang pertama, yakni sahabat Nabi yang mengemukakan hadits,
sampai mukharrij-nya.
Pada I’tibar sanad yang akan diteliti menggunakan
skema jalur sanad perawi pertama adalah Abu Dzar al-Ghifariy sedangkan mukharrijnya
adalah Ahmad bin Hambal, al-Tirmiziy dan al-Darimiy.
SKEMA
JALUR SANAD
|

Keterangan:



Berdasarkan
skema jalur sanad hadis di atas dapat disimpulkan:
1.
Setelah memperhatikan seluruh rangkaian
sanad hadis pada i’tibar di atas, diketahui bahwa tidak ditemukan jalur
periwayatan yang berkedudukan sebagai syahid sebab pada perawi sahabat
hanya ditemukan seorang perawi pada semua jalur sanad yakni Abu Dzar Al-Gifari.
2.
lambang yang digunakan dalam seluruh jalur
periwayatan adalah
عن, حدثنا, أخبرنا
C. KRITIK SANAD DAN MATAN
HADIS
Dalam penelitian ini,
jalur hadis yang akan diteliti adalah jalur riwayat Ahmad bin Hambal dari jalur
periwayatan ‘Abrurrahman bin Mahdi.
Adapun Jalur periwayatan Ahmad
bin Hambal tersebut berbunyi:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ ، عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ حَبِيبٍ ،
عَنْ مَيْمُونٍ ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ ، قَالَ : قُلْتُ :
يَا رَسُولَ اللهِ ، أَوْصِنِي . قَالَ : اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ.
Artinya:
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan al-Tsairi,
dari Habib bin Abi Tsabit dari Maimun bin Abi Syabib dari Abu Dzar. Berkata
Abdurrahman bin Mahdi, berakata: Kamu berkata ya Rasulullah berilah aku
nasehat. Rasulullah SAW bersabda, bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu
berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, supaya perbuatan
baik itu menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.
1. Kritik Sanad
Kritik Sanad dalam ilmu hadis adalah upaya menyeleksi
hadis dari segi sanad yang ada sehingga akan dapat diketahui hadis yang sahih
dan hadis yang tidak sahih.
Kritik Sanad dianggap lebih penting dibandingkan
kritik Matan olah para ahli Hadis, hal ini disebabkan karena sebuah matan Hadis
baru memeiliki arti dan dapat dilakukan kritik matan hadis setalah kritik sanad
selesai dilakukan. Karena sebuah matan tidak akan dikatan sebuah hadis jika
tanpa disertai Sanadnya.
Pada kritik sanad ada beberapa aspek yang diteliti sehingga hadis
tersebut dapat dinyatakan shahih atau tidak shahih, aspek tersebut adalah:
- Aspek ketersambungan sanad
- Aspek keadilan perawi (adil) dan
Aspek intelektualitas perawi (dhabit)
- Terhindar dari syadz dan illat.
Dengan kriteria diatas
dapat dinilai tingkat kualitas suatu hadis. Apabila suatu hadis memenuhi semua
kriteria tersebut maka ia dinilai shahih namun bila salah satu kriteria tidak
terpenuhi maka akan dinilai dhaif. Untuk
mengetahui kualitas persambungan sanad dan ke’adilan serta kedhabitan
para perawinya dilakukan penelitian tentang biografi perawi.
Adapun jalur periwayatan
sanad yang hendak penulis teliti dalam penelitian ini adalah riwayat Ahmad bin
Hambal. Adapun perawi haditsnya adalah sebagai berikut: 1. Abu Dzar al-Ghifari
(perawi I); 2. Maimun bin Abi Syabib (perawi II); 3. Habib bin Abi Tsabit
(perawi III); 4. Sufyan bin Sa’id al-Tsauriy (perawi IV); 5. ‘Abdurrahman bin
Mahdi (perawi V); dan 6. Ahmad bin Hambal (mukharrij).
a. Biografi para
Perawi Hadis
Perawi hadits tentang perintah
bertakwa di mana saja berada akan dinilai kualitas nya dari ketersambungan
sanad hadis mulai dari perawi awal sampai pada mukharrij hadis hingga
keadilan dan kedhabitan perawi serta ada tidaknya syadz dan illat
pada perawi tersebut.
Dalam tahapan pencarian
biografi perawi hadits tentang bertakwa kepada Allah di mana saja berada
penulis menggunakan kitab-kitab rijal dan selain itu untuk kesempurnaan biodata
para perawi hadis, penulis juga menggunakan program Mausu’ah ruwat al-haduts
2. Dan penulis berusaha menggabungkan data biografi perawi dari kitab-kitab
rijal hadis dengan informasi yang
diambil dari Program Mausu’ah ruwat al-hadits 2 sehingga mendapatkan
hasil maksimal.
Berikut adalah biografi
semua perawi hadis riwayat Ahmad bin hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi
antara lain:
1). Imam Ahmad
Bin hambal
Nama
lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad
al-Syaibaniy, sedangkan kunyahnya Abu ‘Abdullah al-Marwaziy. Lahir pada tahun
164 H di Bagdad dan Wafat pada tahun 241 H di Bagdad.
Ia mempunyai banyak guru ’Abdurrahman bin
Mahdi, Isma’il bin ‘Ulayyah, Sufyan bin ‘Uyaynah, ‘Abdullah bin Numair,
‘Abdurrazak, ‘Ali bin ‘Abbas al-Himshiy, dll.
Diantara murid-muridnya
adalah al-Bukhariy, Muslim, Abu Daud, Ibnu Mahdi, al-Syafi’I, Abu al-Walid,
Waki’, Yahya bin Adam, Yahya bin Ma’in, al-Husain bin Manshur, Ziyad bin Ayyub,
dll.
Penilaian
kritikus hadis terhadap dirinya. Yahya bin Adam mengatakan bahwa Ahmad bin
Hambal adalah al-Imam, al-‘Abbas al-Anbariy mengatakan ia adalah Hujjah, Qutaibah mengatakan ia al-Imam,
al-‘Ijliy mengatakan ia Tsiqatun Tsabtun fi al-hadits.
2). ‘Abdurrahman
bin Mahdi
Nama
lengkapnya adalah ‘Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan bin Abdurrahman
al-‘Anbariy. Lahir pada tahun 135 H dan wafat pada tahun 198 H di Bashrah.
Diantara
guru-gurunya adalah Mahdi bin Maimun, Ibrahim bin Nafi’, Sufyan bin Sa’id
al-Tsauriy, Syu’bah, Aiman bin Nabil, Jarir bin Hazim, ‘Ikrimah bin ‘Ammar,
dll.
Diantara
murid-muridnya adalah Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Abu ‘Ubaid,
Ahmad bin Sinan, Ibrahim bin Muhammad bin ‘Urwah, ‘Abdullah bin Muhammad
al-Musnadiy, ‘Abdurrahman bin ‘Umar, dll.
Penilaian
para kritikus terhadapnya. Al-‘Ijliyu mengatakan bahwa ‘Abdurrhman bin Mahdi
adalah ahfadzu haditsan, al-Atsrami mengatakan ia menempati martabat hujjah
dan Ibnu Sa’ad mengatakan ia Tsiqah.
3). Sufyan
bin Sa’id al-Tsauriy
Nama
lengkapnya adalah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al-Tsauriy, kunyahnya Abu
‘Abdullah al-Kufiy. Lahir pada tahun 97 H dan wafat pada tahun 161.
Diantara
guru-gurunya adalah ‘Abdul Malik bin ‘Umair, Hushoin bin ‘Abdurrahman, Habib
bin Abi Tsabit, al-A’masy, Manshur, Hammad bin Abi Sulaiman, Firas bin
Yahya, Hisyam bin ‘Urwah, dll.
Diantara
murid-muridnya adalah Yahya bin Sa’id al-Qaththan, ‘Abdurrahman bin Mahdiy,
Ibnu Mubarak, Waki’, Abu Nu’aim, Yazid bin Harun, Ishaq bin al-Azraq, Zaid bin
Hubab, dll.
Penilaian
para kritikus terhadapnya. Syu’bah dan beberapa ulama mengatakan Sufan
al-Tsauriy adalah Amir al-Mu’minin fi al-Hadits, Waki’ dari Sa’id mengatakan
ia Ahfadzu Sinni, Yahya al-Qaththan mengatakan laisa ahadun ahabbu
ilaiyya.
4). Habib
bin Abi Tsabit
Nama
lengkapnya adalah Habib bin Abi Tsabit Qaisy bin Dina dan ada yang mengatakan
Qaisy bin Hindun sedangkan kunyahnya adalah Abu Yahya Al-Kufiy. Meninggal pada
tahun 119 H.
Diantara
guru-gurunya adalah Maimun bin Abi Syabib, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Anas
bin Malik, Zaid bin Arqam, Nafi’ bin Jubair binMuth’im, Sa’id bin Jubair, Tsa’labah
bin Yazid al-Himmaniy, dll.
Diantara
murid-muridnya adalah al-A’masy, Sufyan al-Tsauriy, Abu Ishaq
al-Syaibaniy, Hushin bin Abdirrahman, Syu’bah, Ibnu Juraij, al-Mas’udiy, Abu
bakar bin ‘Ayyasy, dll.
Penilaian kritikus terhadapnya. Imam bukhari
mengatakan Habib bin Abi Tsabit adalah Matsna Hadits, Ibnu Ma’in dan Nasai
mengatakan ia Tsiqah, sedangkan Abu hatim mengatakan bahwa ia Shosuq Tsiqah.
5). Maimun
bin Abi Syabib
Nama
lengkapnya Maimun bin Abi Syabib ar-Raba’iy, ada yang mengatakan al-Raqqiy
sedangkan Kunyahnya adalah Abu Nashr al-Kufiy. Meninggal pada tahun 83 H.
Diantara
guru-gurunya adalah Mu’az bin Jabal, ‘Umar, ‘Ali, Abi Dzar, Ibnu Mas’ud,
Qais bin Sa’ad, al-Mugirah bin Syu’bah, ‘Aisyah, Samurah bin Jundub dan Abi ‘Umar al-Shini.
Diantara
murid-muridnya adalah Ibrahim al-Nakho’iy, Habib bin Abi Syabib,
al-Hakam bin ‘Utaibah, Manshur bin Zadzan, al-Hasan bin al-Hurri dan Isma’il
bin ‘Abdil Malik bin Abi al-Shafyara.
Penilaian
para kritikus terhadapnya. Abu Hatim mengatakan bahwa Maimun bin Abi Syabib
adalah Shalih al-Hadits, Ibnu Hibban mengatakan ia adalah Tsiqah sedangkan Ibnu
Ma’in mengatakan bahwa ia Dhaif.
6). Abu
Dzar al-Gifariy
Nama
lengkapnya adalah Jundub bin Junadah bin Qais bin ‘Amar bin Mulil bin Shu’air
bin Haram bin ‘Affan, dan ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Burair bin
Junadah. Abu Dzar meninggal pada tahun 32 H.
Gurunya adalah Rasulullah SAW.
Diantara
murid-muridnya adalah Anas bin Malik, Ibnu ‘Abbas, Khalid bin Wahban, ‘Amar bin
Maimun, Kharasyah bin al-Hurri, Jubair bin Nufair, Maimun bin Abi Syabib,
‘Abdurrahman bin Abi Laily, dll.
Penilaian
kritikus terhadapnya. Ibnu hajar dan al-Dzihabi mengatakan bahwa Abu Dzar
tergolong dalam Shahabat.
Berikut ini adalah biodata dan kritik para perawi hadis dari jalur
yang tengah diteliti yakni Ahmad bin Hambal yang penulis sarikan dari Program Mausu’ah
Ruwat al-Hadis 2:
الجرح
و التعديل
|
تلميذ
|
شيخ
|
المولود
الوفاة
|
رواة
الحديث
|
نمرة الراوي
|
نمرة
|
|
الذهبي
|
ابن حجر
|
||||||
الامام
|
امام ثقة حافظ فقيه حجة
|
البجاري و مسلمو ابو داود
|
عبد الرحمن بن مهدي
|
المولود :146
الوفاة : 241
|
احمد بن محمدبن حنبل بن هلال بن اسد الشيباني
|
96
|
1
|
الحافظ , الامام العالم, كان افقه من يحي القطان,
قال على ابن المديني: اعلن الناس بالحديث عبد الرحمن
|
ثقة ثبت حافظ عارف بالرجال و الحدبث, قال ابن
المدبني: ما رايت اعلم منه
|
احمد بن حنبل
|
سفيان الثوري
|
المولود :135
الوفاة :198
|
عبد الرحمن بن مهدي بن حسان بن عبدالرحمن العنبري
|
4018
|
2
|
الامام, احد الاعلام علما وزهدا, قال ابن
المبارك: ما كتبت عن افضل منه,وقال ورقاء:لم ير سفيان مثل نفسه
|
ثقة حاقظ فقيه عابد امام حجة , وكان ربما دلس
|
عبد الرحمن بن مهدي
|
حبيب بن ابي ثابت
|
المولود :97
الوفاة :161
|
سفيان بن سعيد بن مسروق الثوري
|
2445
|
3
|
ثقة مجتهد فقيه
|
ثقة فقيه جليل, وكان كثير الارسال والتدليس
|
سفيان الثوري
|
ميمون بن ابي شبيب
|
المولود :-
الوفاة :119
|
حبيب بن ابي ثابت : فيس بن دينار
|
1084
|
4
|
صدوق
|
صدوق كثير الارسال
|
حبيب بن ابي ثابت
|
ابو ذر الغفاري
|
المولود :-
الوفاة :83
|
ميمون بن ابي شبيب الربعي , ابو نصر الكوفي
|
7046
|
5
|
صحبي (قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : ما
اقلت الغبراء اصدق لهجة من ابي ذر)
|
صحبي
|
ميمون بن ابي شبيب ,(قيل : لم يسمع منه)
|
رسول الله
|
المولود :-
الوفاة :32
|
ابو ذر الغفاري , جندب بن جنادة
|
8087
|
6
|
b. Analisa
Kualitas Sanad
Berdasarkan
data biografi para perawi yang telah dipaparkan pada rincian biografi yang
diambil dari kitab-kitab rijal serta bagan yang merupakan isi dari program Mausu’ah
ruwat al-hadits 2 diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Aspek ketersambungan sanad
Hadits riwayat dari jalur
‘Abdurrahman bin Mahdi yang sedang diteliti ini mempunyai lima perawi sehingga
sampai kepada Rasulullah. Perwi pertama adalah ‘Abdurrahman bin Mahdi, kedua
Sufyan bin Sa’id al-tsuri, ketiiga Habib bin Abi Tsabit, keempat Maimun bin Abi
Syabib dan kelima adalah Abu Dzar al-Gifariy.
Dari keseluruhan perawi
ini sanad hadits tidak dapat dinyatakan bersambung karena Abu Hatim dan
beberapa ulama hadits lainnya menyatakan bahwa Maimun bin Abi Syabib tidak mendengar langsung
dari Abu Dzar. Sehingga Hadits dari jalur ini tidak bisa memenuhi kreteria
Hadits Shahih.
Selain itu juga penulis
mendapati jarak yang cukup jauh antara Maimun bin Abi Syabib dengan Abu Dzar
al-Gifari yakni Abu Dzar al-Gifari meninggal pada tahun 32 H sedangkan Maimun
bin Abi Syabib meninggal pada tahun 83 H, sehingga jarak wafat antar keduanya
adalah 51 tahun.
- Aspek keadilan perawi (al-‘adalah)
dan Aspek intelektualitas perawi (dhabit)
Dari segi ke’adalahan
dan kedhabitan, dapat dinyatakan bahwa hadits dari riwayat Ahmad bin
hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi semua perawinya memenuhi kreteria ‘adil
dan dhabit. Hal ini didasarkan dari penilaian seluruh kritikus yang
menyatakan seluruh perawi dengan pernyataan positif (ta’dil) sehingga
sanadnya dinyatakan kuat. Dari kesemua perawi tersebut masuk dalam penilaian tsiqah.
- Terhindar dari syadz dan illat
Dari kreteria
ketiga sanad hadits riwayat Ahmad bin Hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi
ini semuanya terhindar dari Syadz dan illat, sebab jalur riwayat
ini tidak mempunyai pertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan oleh
perawi tsiqah. Selain itu semua perawi dalam sanad ini tidak terdapat perwai yang ghalt
(banyak melakukan kesalahan).
Dari ketiga
kreteria kualitas sanad hadits riwayat Ahmad bin hambal dari jalur ‘Abdurrahman
bin Mahdi menempati kedudukan Hadits Hasan Lighairih sebagaimana diungkapkan
oleh Abu Hatim dan beberapa Ulama Hadits lainnya.
2. Kritik Matan.
Kritik matan hadis adalah uapaya pengujian atas keabsahan suatu matan
hadis yang bertujuan untuk memisahkan matan hadis yang shahih dan matan hadis
yang tidak shahih. Dalam kritik matan sebuah matan hadis dianggap shahih
apabila terhindar dari Syadz dan terhindar dari ‘illat.
Terhindar dari syadz dapat diartikan bahwa matan hadis tidak
mempunyai pertentangan atau ketidaksejalanan riwayat seorang perawi yang
menyendiri dengan seorang perawi yang kuat hafalan dan ingatannya. Pertentangan
tersebut adalah dalam hal menukil matan hadis terdapat penambahan, pengurangan,
dan perubahan tempat (maqlub).
Adapun terhindar dari ‘illat
adalah pada matan hadis tidak terdapat ‘illat yaitu pada matan hadis
yang tampak shahih namun memiliki kecacatan tersembunyi. ‘illat tersebut
bisa berupa masuknya redaksi hadis lain pada hadis tertentu, atau redaksi
dimaksud memang bukan lafaz-lafaz yang mencerminkan sebagai suatu hadis dari
Rasulullah sehingga pada akhirnya matan hadis tersebut bisa menyalahi nash-nash
yang lebih kuat.
Sedangkan menurut Syuhudi, ada tiga langkah yang harus dilakukan
dalam penelitian matan yakni;
a)
Meneliti matan dengan melihat kualitas
sanadnya,
b)
Meneliti susunan lafal berbagai matan yang
semakna,
c)
Meneliti kandungan matan.
Meneliti
susunan lafal berkaitan dengan unsur ke’illahan hadis sedang meneliti kandungan
matan berkenaan dengan kesyadzan hadis.
Matan hadis yang akan di teliti adalah matan hadis dari riwayat
Ahmad bin Hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi. Selanjutnya matan hadits
riwayat dari Ahmad bin Hambal akan dibandingkan dengan matan-matan hadits
lainnya yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzy, al-Darimiy dan juga Ahmad bin
Hambal dari jalur Waki’. Adapun matan-matan hadits tersebut adalah sebagai
berikut:
- Riwayat
At Tirmidzy dari Muhammad bin Basysyar.
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ
الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
2. Riwayat
Ad-Darimi dari Abu Nu’aim.
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ
الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ،
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
3.
Riwayat Ahmad bin Hambal dari Waki’.
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ
الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
4. Riwayat
Ahmad Bin hanbal dari Abdurrahman bin Mahdi.
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ
الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Dari keempat
matan hadits tentang perintah bertakwa di mana saja berada maka dapat di
simpulkan setelah meneliti dari 3 aspek yang dikemukakan oleh syuhudi ismail
yaitu sebagai berikut:
1.
Meneliti matan dengan melihat kualitas
sanadnya,
Sanad pada riwayat Ahmad bin Hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin
Mahdi tidak terdapat kecacatan dalam ke’adalahan
serta kedhabitannya. Namun dari segi ketersambungan perawi Maimun bin
Abi Syabib dinyatakan tidak mendengar dari Abu Dzar al-Ghifari.
2.
Meneliti susunan lafal berbagai matan yang
semakna,
Dari keempat matan yang tengah diteliti penulis tidak ada
perbedaan yang signifikan dari teks hadits tersebut. Semua hadis di mulai
dengan kalimat اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا
كُنْتَ dan dikahiri dengan kalimat وَخَالِقِ
النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ .
Tidak ada penambahan atau pengurangan teks dari keempat matan
hadits tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa matan hadits tersebut
terhindar dari syadz.
3.
Meneliti kandungan matan
Makna dari matan hadits yang diteliti adalah perintah bertakwa
kepada Allah di mana saja berada dan mengiringi perbuatan buruk dengan
perbuatan baik agar perbuatan baik itu dapat menghapus dosa perbuatan buruk
tersebut, serta perintah bergaul dengan akhlak yang baik.
Melihat kandungan matan yang ada tidak ada satu makna hadits lain
pun yang bertentangan dengan kandungan hadits ini. Apabila dibandingkan dengan
kandungan al-Qur’an hadits inipun tidak mempunyai pertentangan dengan satu ayat
pun di dalam al-Qur’an sehingga matan hadits ini terhindar dari illat.
Bahkan kandungan hadits ini sejalan dengan ayat al-Qur’an seperti pada ayat
berikut:
¨bÎ) ©!$#
yìtB
tûïÏ%©!$# (#qs)¨?$# tûïÏ%©!$#¨r Nèd cqãZÅ¡øtC ÇÊËÑÈ
Artinya:
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Melihat dari tiga uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa matan hadits tentang perintah bertakwa kepada
Allah di mana saja berada terhindar dari syadz dan illat.
Dari hasil
penelitian kritik sanad dan kritik matan hadits tentang perintah bertakwa
kepada Allah SWT di mana saja berada penulis mengambil kesimpulan bahwa kulitas
dari hadits ini adalah Hasan Lighairih.
Hal ini senada dengan perkataan ulama Hadits seperti Abu Hatim dan yang
lainnya.
III. KESIMPULAN
Dari uraian makalah takhrij hadits
tentang perintah bertakwa kepada Allah SWT di mana saja berada, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
- Dalam
kutub tis’ah, terdapat empat jalur riwayat hadits. Dua jalur riwayat
terdapat pada riwayat Ahmad bin Hambal, yaitu jalur dari ‘Abdurrahman bin
Mahdi dan Waki’. Satu jalur dar riwayat al-Darimi dan satu jalur terakhir
dari riwayat al-Tirmiziy.
- Dari
hasil penelitian kritik sanad dan kritik matan hadits tentang perintah
bertakwa kepada Allah SWT di mana saja berada penulis mengambil kesimpulan
bahwa kulitas dari hadits ini adalah Hasan Lighairih. Hal ini senada dengan perkataan ulama
Hadits seperti Abu Hatim dan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
bin Hanbal, Abu Abd Allah, Musnad Ahmad bin Hanbal, Beirut,
al-Mu’assasah, 1995.
al-‘Asqalani
al-Syafi’I, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihab al-Din, Tahdzib al-Tahdzib,
Beirut, Muassasah, 1996.
Al-Darimi,
Abdullah bin Abdurrahman bin al-Fadhl bin Bahram, Musnad al-Darimi,
Riyadh, Dar al-Mughni lil Nasyr Wa al-Tauzi’, 1990.
Al-Qaththan,
Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Hadits, penerjemah Mifdhol
Abdurrahman dari judul asli, Mabahits fi Ulum al-Hadits, Jakarta,
Pustaka Al-Kautsar, 2009.
Al-Tirmidzi,
Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, al-Jami’ al-Shahih wa huwa Sunan al-Tirmidzi,
Riyadh, maktabah al-Ma’arif lil Nasyr wa al-Tauzi’, 1997.
Arifin, Zainul, Metodologi Pentarjihan Hadits Ditinjau Dari Segi sanad
dan Matan, dalam Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No.
1 tahun 2012.
Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta,
Bulan Bintang, 1992.
Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta, Amzah, 2010.
Sumbulah, Umi, “Kritik Hadis; Pendekatan Historis Metodologis”, Malang,
UIN-Malang Press, 2008.
Tim Bina Karya Guru, Bina Belajar Al-Qur’an Hadis: untuk Madrasah
Ibtidaiyah Kelas 5, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2009.
Wensinck, A.J., al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz
al-Hadis al-Nabawi, Leiden, E.J. Bril, 1943.
Yunus, Mahmud, Kamus
Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.
Program file:
Program Maktabah
Syamilah.
Prorgram Mausu’ah
Ruwatul Hadits 2.
Do this hack to drop 2 lbs of fat in 8 hours
BalasHapusWell over 160000 women and men are using a simple and SECRET "liquid hack" to drop 2 lbs each and every night as they sleep.
It is scientific and it works on everybody.
This is how to do it yourself:
1) Take a clear glass and fill it with water half glass
2) Now follow this weight loss hack
you'll be 2 lbs lighter when you wake up!