Jumat, 25 Desember 2015

TAKHRIJ HADIS TENTANG PERINTAH BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT DI MANA SAJA BERADA

TAKHRIJ HADIS TENTANG
PERINTAH BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT
DI MANA SAJA BERADA

Oleh: Hadi Purwanto

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber pengetahuan tersebut ada dua macam, yaitu naqli dan aqli. Sumber yang bersifat naqli merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus maupun masalah dunia secara umum. Sumber naqli yang paling otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah Al-Qur’an dan hadits.
Hadis bagi umat Islam menempati urutan kedua sesudah Al-Qur’an karena disamping sebagai sumber ajaran Islam hadis juga secara langsung terkait dengan keharusan mentaati Rasulullah SAW, dan juga berfungsi sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-uangkapan Al-Qur’an yang masih bersifat mujmal, ‘am dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya di Indonesia hadits diajarkan disemua sekolah baik sekolah umum maupun sekolah agama. Pada sekolahan umum hadits masuk dalam pelajaran agama Islam (PAI) sedangkan hadits pada sekolah agama seperti Madrasah masuk dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Namun pada buku-buku teks yang beredar di sekolah umum ataupun sekolah agama hadits ditulis hanya berupa teks (matan) serta perawi I dan mukharrijnya saja. Tidak hanya itu pada teks tersebut tidak dicantumkan kualitas hadits tersebut.

Dalam makalah ini penulis berusaha meneliti kualitas sanaad dan matan hadis Nabi berkenaan dengan takwa yang terdapat pada buku Al-Qur’an hadis Madrasah Ibtidaiyah kelas V yang berbunyi:
عَنْ اَبِيْ ذَرٍّ قَالَ , قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya:
Dari Abu Dzar berkata, bahsanya Rasulullah SAW bersabda, bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, supaya perbuatan baik itu menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa persoalan berikut?
1.   Dalam kitab-kitab mana saja terdapat hadis-hadis yang memuat tentang bertakwa kepada Allah SWT di mana saja berada ?
2.   Bagaimana kualitas sanad dan matan hadis tentang bertakwa kepada Allah SWT di mana saja berada?


II. PEMBAHASAN
A. TAKHRIJ HADIS
Secara bahasa Takhrij berasal dari kata خَرَجَ ـ يَخْرُجُ ـ خُرُوْجًا yang berarti keluar, kemudian mendapatkan tambahan tasydid pada ‘ain fi’ilnya sehingga menjadi خَرَّجَ ـ يُخَرِّجُ ـ تَخْرِيْجًا yang mempunyai arti mengeluarkan.
Sedangkan menurut istilah Muhadditsin, takhrij hadis berarti menunjukkan letak suatu hadits Nabi yang dimaksud dalam sumber aslinya dengan menerangkan rangkaian sanadnya dan kemudian menjelaskan nilai hadits tersebut.
Dalam melakukan takhrij hadis ada beberapa metode yang dapat digunakan hal ini dikarenakan pada kitab-kitab hadis mempunyai cara penyusunan hadis yang berbeda-beda. Diantara kitab-kitab hadis tersebut ada yang disusun berdasarkan tema-tema tertentu seperti kitab Al-Jami Al-Sahih li al-Bukhary dan Sunan Abi Daud. Sedangkan kitab hadis yang tersusun berdasarkan  nama perawi paling atas yakni sahabat seperti kitab Musnad Ahmad bin Hanbal. Adapun kitab yang tersusun berdasarkan alphabet Arab seperti kitab Al-Jami’ al-Shagir.
Karena adanya perbedaan cara penyusunan kitab hadis tersebut maka diperlukan cara-cara yang berbeda dalam melakukan takhrij hadis.  Ada lima cara melakukan takhrij hadis, yaitu:
  1. takhrij dengan kata (bi al-lafzi),
  2. takhrij dengan tema (bi al-maudu’i),
  3. takhrij dengan permulaan matan (bi awwal al-matan),
  4. takhrij dengan sanad pertama (bi al-rawi al-a’la) dan
  5. takhrij dengan sifat (bi al-shifah) 
Syuhudi Ismail menyebutkan sedikitnya tiga hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij dalam penelitian hadis yaitu:
1.    Untuk mengetahui asal-usul hadis yang akan diteliti
2.    Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti
3.    Untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada sanad yang diteliti.
Dalam pelaksanaan takhrij kali ini penulis menggunakan metode takhrij melalui lafal-lafal hadis (takhrij bi al-fazh) dengan menggunakan kitab Mu’jam Mufahras li Alfazh al-Hadis al-Nabawi, dan Program Maktabah Syamilah.
Adapun potongan hadis yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah:
 اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Berdasarkan potongan hadis di atas maka penulis menelusuri dalam kitab Mu’jam Mufahras li Alfazh al-Hadis al-Nabawi, dan Program Maktabah Syamilah. Pada penelusuran matan hadits yang menggunakan kitab Mu’jam Mufahras li Alfazh al-Hadis al-Nabawi, penulis menggunakan dua lafal kata kunci yakni kata اتق dan أتبع. Kata اتق digunakan karena menurut penulis merupakan kata awal mada matan hadits ini. Sehingga dengan menggunakan kata awal dari permulaan matan ini memudahkan menemukan matan yang akan diteliti. Sedang kata أتبعdigunakan sebagai pelengkap dalam pencarian matan hadits ini.
Selanjutnya kata penelusuran kata اتق dicari pada kata وقى  sebab kata اتَّقِ   sendiri merupakan fi’il amr tsulatsi mazid bina al-multawiy sedangkan asal katanya adalah وقى  . Adapun pencarian kata  أتَّبِعْ dicari pada kata  تبع  sebab kata أتبع sendiri merupakan fi’il amr  tsulatsi mazid bina shahih sedangkan asal katanya adalah تبع  . pengunaan sal kata ini dikarenakan susunan kata dari kitab Mu’jam Mufahras li Alfazh al-Hadis al-Nabawi berdasarkan kata asalnya.
Sedangkan penelusuran kata menggunakan Program Maktabah Syamilah penulis memilih menggunakan satu potongan kalimat yaitu  اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ  . Hal ini dipilih karena pada Program Maktabah Syamilah kita dapat mencari hadits menggunakan satu kata atau lebih bahkan dapat juga satu kalimat lengkap. Pemilihan اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ yang merupakan 1/3 matan hadits menurut penulis memudahkan karena hadits yang akan muncul pada Program Maktabah Syamilah adalah hanya hadits yang mengandung kata tersebut.

Berdasarkan dua metode penelusuran hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan hadis di atas pada beberapa kitab hadis, yakni:
NO
Kitab Mu’jam Mufahras
NO
Program  Maktabah Syamilah
1.

2.

3.
Darimi: Riqaq Bab 74
 
Tirmidzi: Birrun 55.

Ahmad Bin Hambal: 5, 153, 158, 169, 228 dan 226.
1.



2.



3.

Tirmidzi: 55 Bab Ma Ja’a fi ma’asyirati al-Nas, Juz 7, Hal 488, no. 2115

Darimi: 74 bab Fi Husni al-Khalq, Juz 9, Hal 55, no. 2847.

Ahmad bin Hambal: Bab al-Majallatu al-Khamis, Juz 5, Hal 153, no. 21354. Bab al-majallatu al-khamis, juz 5, hal 157, no. 21403

Berdasarkan informasi dari tiga sumber di atas, ditemukan kelengkapan matan hadis yang tengah diteliti. Berikut adalah bunyi teks hadis secara lengkap:
  1. Sunan At Tirmidzy, No. 2115.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِىٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِى ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِى شَبِيبٍ عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ».
  1. Sunan Ad-Darimi no. 2847.
أَخْبَرَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِى ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِى شَبِيبٍ عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- :« اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ».
  1. Musnad Ahmad bin Hambal, no. 21354
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، عَنْ حَبِيبٍ ، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ : : اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
  1. Musnad Ahmad Bin hanbal, no. 21403.
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ ، عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ حَبِيبٍ ، عَنْ مَيْمُونٍ ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ ، قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَوْصِنِي . قَالَ : اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

B. I’TIBAR HADIS
Kata i'tibar ( اِعْتِبَار ) menurut bahasa berarti  mengambil pengajaran. Sedangkan menurut istilah ilmu hadits, i'tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadits tertentu, yang hadits itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadits dimaksud.
Dengan dilakukannya al-i'tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadits yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan masing-masing periwayat yang bersangkutan.
Setalah selesai melakukan I’tibar seluruh sanad maka langkah selanjutnya adalah membuat skema sanad. Pembuatan skema sanad ini untuk mempermudah dan memperjelas proses kegiatan i'tibar, diperlukan pembuatan skema untuk seluruh sanad bagi hadits yang akan diteliti.
Dalam melukiskan jalur-jalur sanad, garis-garisnya harus jelas sehingga dapat dibedakan antara jalur sanad yang satu dengan jalur sanad yang lainnya. Pembuatan garis-garis jalur sanad terkadang harus diulang-ulang perbaikannya bila hadits yang diteliti memiliki sanad yang banyak.
Nama-nama periwayat yang ditulis dalam skema sanad meliputi seluruh nama, mulai dari periwayat yang pertama, yakni sahabat Nabi yang mengemukakan hadits, sampai mukharrij-nya.
Pada I’tibar sanad yang akan diteliti menggunakan skema jalur sanad perawi pertama adalah Abu Dzar al-Ghifariy sedangkan mukharrijnya adalah Ahmad bin Hambal, al-Tirmiziy dan al-Darimiy.


SKEMA JALUR SANAD
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
 
 

 

























Keterangan:
                                    : Jalur Ad-Darimy
                                    : Jalur At-Tirmidzy
                                    : Jalur Ahmad Bin Hambal
Berdasarkan skema jalur sanad hadis di atas dapat disimpulkan:
1.      Setelah memperhatikan seluruh rangkaian sanad hadis pada i’tibar di atas, diketahui bahwa tidak ditemukan jalur periwayatan yang berkedudukan sebagai syahid sebab pada perawi sahabat hanya ditemukan seorang perawi pada semua jalur sanad yakni Abu Dzar Al-Gifari.
2.      lambang yang digunakan dalam seluruh jalur periwayatan adalah
عن, حدثنا, أخبرنا

C. KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS
Dalam penelitian ini, jalur hadis yang akan diteliti adalah jalur riwayat Ahmad bin Hambal dari jalur periwayatan ‘Abrurrahman bin Mahdi.
Adapun Jalur periwayatan Ahmad bin Hambal tersebut berbunyi:

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ ، عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ حَبِيبٍ ، عَنْ مَيْمُونٍ ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ ، قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَوْصِنِي . قَالَ : اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Artinya:
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan al-Tsairi, dari Habib bin Abi Tsabit dari Maimun bin Abi Syabib dari Abu Dzar. Berkata Abdurrahman bin Mahdi, berakata: Kamu berkata ya Rasulullah berilah aku nasehat. Rasulullah SAW bersabda, bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, supaya perbuatan baik itu menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.

1. Kritik Sanad
Kritik Sanad dalam ilmu hadis adalah upaya menyeleksi hadis dari segi sanad yang ada sehingga akan dapat diketahui hadis yang sahih dan hadis yang tidak sahih.
Kritik Sanad dianggap lebih penting dibandingkan kritik Matan olah para ahli Hadis, hal ini disebabkan karena sebuah matan Hadis baru memeiliki arti dan dapat dilakukan kritik matan hadis setalah kritik sanad selesai dilakukan. Karena sebuah matan tidak akan dikatan sebuah hadis jika tanpa disertai Sanadnya.
Pada kritik sanad ada beberapa aspek yang diteliti sehingga hadis tersebut dapat dinyatakan shahih atau tidak shahih, aspek tersebut adalah:
  1. Aspek ketersambungan sanad
  2. Aspek keadilan perawi (adil) dan Aspek intelektualitas perawi (dhabit)
  3. Terhindar dari syadz dan illat.
Dengan kriteria diatas dapat dinilai tingkat kualitas suatu hadis. Apabila suatu hadis memenuhi semua kriteria tersebut maka ia dinilai shahih namun bila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka akan dinilai dhaif. Untuk mengetahui kualitas persambungan sanad dan ke’adilan serta kedhabitan para perawinya dilakukan penelitian tentang biografi perawi.
Adapun jalur periwayatan sanad yang hendak penulis teliti dalam penelitian ini adalah riwayat Ahmad bin Hambal. Adapun perawi haditsnya adalah sebagai berikut: 1. Abu Dzar al-Ghifari (perawi I); 2. Maimun bin Abi Syabib (perawi II); 3. Habib bin Abi Tsabit (perawi III); 4. Sufyan bin Sa’id al-Tsauriy (perawi IV); 5. ‘Abdurrahman bin Mahdi (perawi V); dan 6. Ahmad bin Hambal (mukharrij).       
a.      Biografi para Perawi Hadis
Perawi hadits tentang perintah bertakwa di mana saja berada akan dinilai kualitas nya dari ketersambungan sanad hadis mulai dari perawi awal sampai pada mukharrij hadis hingga keadilan dan kedhabitan perawi serta ada tidaknya syadz dan illat pada perawi tersebut.
Dalam tahapan pencarian biografi perawi hadits tentang bertakwa kepada Allah di mana saja berada penulis menggunakan kitab-kitab rijal dan selain itu untuk kesempurnaan biodata para perawi hadis, penulis juga menggunakan program Mausu’ah ruwat al-haduts 2. Dan penulis berusaha menggabungkan data biografi perawi dari kitab-kitab rijal hadis dengan informasi  yang diambil dari Program Mausu’ah ruwat al-hadits 2 sehingga mendapatkan hasil maksimal.
Berikut adalah biografi semua perawi hadis riwayat Ahmad bin hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi antara lain:
1). Imam Ahmad Bin hambal
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad al-Syaibaniy, sedangkan kunyahnya Abu ‘Abdullah al-Marwaziy. Lahir pada tahun 164 H di Bagdad dan Wafat pada tahun 241 H di Bagdad.
 Ia mempunyai banyak guru ’Abdurrahman bin Mahdi, Isma’il bin ‘Ulayyah, Sufyan bin ‘Uyaynah, ‘Abdullah bin Numair, ‘Abdurrazak, ‘Ali bin ‘Abbas al-Himshiy, dll.
Diantara murid-muridnya adalah al-Bukhariy, Muslim, Abu Daud, Ibnu Mahdi, al-Syafi’I, Abu al-Walid, Waki’, Yahya bin Adam, Yahya bin Ma’in, al-Husain bin Manshur, Ziyad bin Ayyub, dll.
Penilaian kritikus hadis terhadap dirinya. Yahya bin Adam mengatakan bahwa Ahmad bin Hambal adalah al-Imam, al-‘Abbas al-Anbariy mengatakan ia adalah  Hujjah, Qutaibah mengatakan ia al-Imam, al-‘Ijliy mengatakan ia Tsiqatun Tsabtun fi al-hadits.
2). ‘Abdurrahman bin Mahdi
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan bin Abdurrahman al-‘Anbariy. Lahir pada tahun 135 H dan wafat pada tahun 198 H di Bashrah.
Diantara guru-gurunya adalah Mahdi bin Maimun, Ibrahim bin Nafi’, Sufyan bin Sa’id al-Tsauriy, Syu’bah, Aiman bin Nabil, Jarir bin Hazim, ‘Ikrimah bin ‘Ammar, dll.
Diantara murid-muridnya adalah Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Abu ‘Ubaid, Ahmad bin Sinan, Ibrahim bin Muhammad bin ‘Urwah, ‘Abdullah bin Muhammad al-Musnadiy, ‘Abdurrahman bin ‘Umar, dll.
Penilaian para kritikus terhadapnya. Al-‘Ijliyu mengatakan bahwa ‘Abdurrhman bin Mahdi adalah ahfadzu haditsan, al-Atsrami mengatakan ia menempati martabat hujjah dan Ibnu Sa’ad mengatakan  ia Tsiqah.
3). Sufyan bin Sa’id al-Tsauriy
Nama lengkapnya adalah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al-Tsauriy, kunyahnya Abu ‘Abdullah al-Kufiy. Lahir pada tahun 97 H dan wafat pada tahun 161.
Diantara guru-gurunya adalah ‘Abdul Malik bin ‘Umair, Hushoin bin ‘Abdurrahman, Habib bin Abi Tsabit, al-A’masy, Manshur, Hammad bin Abi Sulaiman, Firas bin Yahya, Hisyam bin ‘Urwah, dll.
Diantara murid-muridnya adalah Yahya bin Sa’id al-Qaththan, ‘Abdurrahman bin Mahdiy, Ibnu Mubarak, Waki’, Abu Nu’aim, Yazid bin Harun, Ishaq bin al-Azraq, Zaid bin Hubab, dll.
Penilaian para kritikus terhadapnya. Syu’bah dan beberapa ulama mengatakan Sufan al-Tsauriy adalah Amir al-Mu’minin fi al-Hadits, Waki’ dari Sa’id mengatakan ia Ahfadzu Sinni, Yahya al-Qaththan mengatakan laisa ahadun ahabbu ilaiyya.
4). Habib bin Abi Tsabit
Nama lengkapnya adalah Habib bin Abi Tsabit Qaisy bin Dina dan ada yang mengatakan Qaisy bin Hindun sedangkan kunyahnya adalah Abu Yahya Al-Kufiy. Meninggal pada tahun 119 H.
Diantara guru-gurunya adalah Maimun bin Abi Syabib, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Anas bin Malik, Zaid bin Arqam, Nafi’ bin Jubair binMuth’im, Sa’id bin Jubair, Tsa’labah bin Yazid al-Himmaniy, dll.
Diantara murid-muridnya adalah al-A’masy, Sufyan al-Tsauriy, Abu Ishaq al-Syaibaniy, Hushin bin Abdirrahman, Syu’bah, Ibnu Juraij, al-Mas’udiy, Abu bakar bin ‘Ayyasy, dll.
Penilaian kritikus terhadapnya. Imam bukhari mengatakan Habib bin Abi Tsabit adalah Matsna Hadits, Ibnu Ma’in dan Nasai mengatakan ia Tsiqah, sedangkan Abu hatim mengatakan bahwa ia Shosuq Tsiqah.
5). Maimun bin Abi Syabib
Nama lengkapnya Maimun bin Abi Syabib ar-Raba’iy, ada yang mengatakan al-Raqqiy sedangkan Kunyahnya adalah Abu Nashr al-Kufiy. Meninggal pada tahun 83 H.
Diantara guru-gurunya adalah Mu’az bin Jabal, ‘Umar, ‘Ali, Abi Dzar, Ibnu Mas’ud, Qais bin Sa’ad, al-Mugirah bin Syu’bah, ‘Aisyah, Samurah bin Jundub dan  Abi ‘Umar al-Shini.
Diantara murid-muridnya adalah Ibrahim al-Nakho’iy, Habib bin Abi Syabib, al-Hakam bin ‘Utaibah, Manshur bin Zadzan, al-Hasan bin al-Hurri dan Isma’il bin ‘Abdil Malik bin Abi al-Shafyara.
Penilaian para kritikus terhadapnya. Abu Hatim mengatakan bahwa Maimun bin Abi Syabib adalah Shalih al-Hadits, Ibnu Hibban mengatakan ia adalah Tsiqah sedangkan Ibnu Ma’in mengatakan bahwa ia Dhaif.
6). Abu Dzar al-Gifariy
Nama lengkapnya adalah Jundub bin Junadah bin Qais bin ‘Amar bin Mulil bin Shu’air bin Haram bin ‘Affan, dan ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Burair bin Junadah. Abu Dzar meninggal pada tahun 32 H.
Gurunya  adalah Rasulullah SAW.
Diantara murid-muridnya adalah Anas bin Malik, Ibnu ‘Abbas, Khalid bin Wahban, ‘Amar bin Maimun, Kharasyah bin al-Hurri, Jubair bin Nufair, Maimun bin Abi Syabib, ‘Abdurrahman bin Abi Laily, dll.
Penilaian kritikus terhadapnya. Ibnu hajar dan al-Dzihabi mengatakan bahwa Abu Dzar tergolong dalam Shahabat.
Berikut ini adalah biodata dan kritik para perawi hadis dari jalur yang tengah diteliti yakni Ahmad bin Hambal yang penulis sarikan dari Program Mausu’ah Ruwat al-Hadis 2:


الجرح و التعديل
تلميذ
شيخ
المولود
الوفاة
رواة الحديث
نمرة الراوي
نمرة
الذهبي
ابن حجر
الامام
امام ثقة حافظ فقيه حجة
البجاري و مسلمو ابو داود
عبد الرحمن بن مهدي
المولود :146  الوفاة : 241
احمد بن محمدبن حنبل بن هلال بن اسد الشيباني
96
1
الحافظ , الامام العالم, كان افقه من يحي القطان, قال على ابن المديني: اعلن الناس بالحديث عبد الرحمن
ثقة ثبت حافظ عارف بالرجال و الحدبث, قال ابن المدبني: ما رايت اعلم منه
احمد بن حنبل
سفيان الثوري
المولود :135
الوفاة :198
عبد الرحمن بن مهدي بن حسان بن عبدالرحمن العنبري
4018
2
الامام, احد الاعلام علما وزهدا, قال ابن المبارك: ما كتبت عن افضل منه,وقال ورقاء:لم ير سفيان مثل نفسه
ثقة حاقظ فقيه عابد امام حجة , وكان ربما دلس
عبد الرحمن بن مهدي
حبيب بن ابي ثابت
المولود :97
الوفاة :161
سفيان بن سعيد بن مسروق الثوري
2445
3
ثقة مجتهد فقيه
ثقة فقيه جليل, وكان كثير الارسال والتدليس
سفيان الثوري
ميمون بن ابي شبيب
المولود :-
الوفاة :119
حبيب بن ابي ثابت : فيس بن دينار
1084
4
صدوق
صدوق كثير الارسال
حبيب بن ابي ثابت
ابو ذر الغفاري
المولود :-
الوفاة :83
ميمون بن ابي شبيب الربعي , ابو نصر الكوفي
7046
5
صحبي (قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : ما اقلت الغبراء اصدق لهجة من ابي ذر)
صحبي
ميمون بن ابي شبيب ,(قيل : لم يسمع منه)
رسول الله
المولود :-
الوفاة :32
ابو ذر الغفاري , جندب بن جنادة
8087
6
b.  Analisa Kualitas Sanad
Berdasarkan data biografi para perawi yang telah dipaparkan pada rincian biografi yang diambil dari kitab-kitab rijal serta bagan yang merupakan isi dari program Mausu’ah ruwat al-hadits 2 diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Aspek ketersambungan sanad
Hadits riwayat dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi yang sedang diteliti ini mempunyai lima perawi sehingga sampai kepada Rasulullah. Perwi pertama adalah ‘Abdurrahman bin Mahdi, kedua Sufyan bin Sa’id al-tsuri, ketiiga Habib bin Abi Tsabit, keempat Maimun bin Abi Syabib dan kelima adalah Abu Dzar al-Gifariy.
Dari keseluruhan perawi ini sanad hadits tidak dapat dinyatakan bersambung karena Abu Hatim dan beberapa ulama hadits lainnya menyatakan bahwa  Maimun bin Abi Syabib tidak mendengar langsung dari Abu Dzar. Sehingga Hadits dari jalur ini tidak bisa memenuhi kreteria Hadits Shahih.
Selain itu juga penulis mendapati jarak yang cukup jauh antara Maimun bin Abi Syabib dengan Abu Dzar al-Gifari yakni Abu Dzar al-Gifari meninggal pada tahun 32 H sedangkan Maimun bin Abi Syabib meninggal pada tahun 83 H, sehingga jarak wafat antar keduanya adalah 51 tahun.
  1. Aspek keadilan perawi (al-‘adalah) dan Aspek intelektualitas perawi (dhabit)
Dari segi ke’adalahan dan kedhabitan, dapat dinyatakan bahwa hadits dari riwayat Ahmad bin hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi semua perawinya memenuhi kreteria ‘adil dan dhabit. Hal ini didasarkan dari penilaian seluruh kritikus yang menyatakan seluruh perawi dengan pernyataan positif (ta’dil) sehingga sanadnya dinyatakan kuat. Dari kesemua perawi tersebut masuk dalam penilaian tsiqah.
  1. Terhindar dari syadz dan illat
Dari kreteria ketiga sanad hadits riwayat Ahmad bin Hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi ini semuanya terhindar dari Syadz dan illat, sebab jalur riwayat ini tidak mempunyai pertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan oleh perawi tsiqah. Selain itu semua perawi dalam sanad ini tidak terdapat perwai yang ghalt (banyak melakukan kesalahan).

Dari ketiga kreteria kualitas sanad hadits riwayat Ahmad bin hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi menempati kedudukan Hadits Hasan Lighairih sebagaimana diungkapkan oleh Abu Hatim dan beberapa Ulama Hadits lainnya.

2. Kritik Matan.
Kritik matan hadis adalah uapaya pengujian atas keabsahan suatu matan hadis yang bertujuan untuk memisahkan matan hadis yang shahih dan matan hadis yang tidak shahih. Dalam kritik matan sebuah matan hadis dianggap shahih apabila terhindar dari Syadz dan terhindar dari ‘illat.
Terhindar dari syadz dapat diartikan bahwa matan hadis tidak mempunyai pertentangan atau ketidaksejalanan riwayat seorang perawi yang menyendiri dengan seorang perawi yang kuat hafalan dan ingatannya. Pertentangan tersebut adalah dalam hal menukil matan hadis terdapat penambahan, pengurangan, dan perubahan tempat (maqlub).
Adapun terhindar dari ‘illat adalah pada matan hadis tidak terdapat ‘illat yaitu pada matan hadis yang tampak shahih namun memiliki kecacatan tersembunyi. ‘illat tersebut bisa berupa masuknya redaksi hadis lain pada hadis tertentu, atau redaksi dimaksud memang bukan lafaz-lafaz yang mencerminkan sebagai suatu hadis dari Rasulullah sehingga pada akhirnya matan hadis tersebut bisa menyalahi nash-nash yang lebih kuat.
Sedangkan menurut Syuhudi, ada tiga langkah yang harus dilakukan dalam penelitian matan yakni;
a)      Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya,
b)      Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna,
c)      Meneliti kandungan matan.
Meneliti susunan lafal berkaitan dengan unsur ke’illahan hadis sedang meneliti kandungan matan berkenaan dengan kesyadzan hadis.
Matan hadis yang akan di teliti adalah matan hadis dari riwayat Ahmad bin Hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi. Selanjutnya matan hadits riwayat dari Ahmad bin Hambal akan dibandingkan dengan matan-matan hadits lainnya yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzy, al-Darimiy dan juga Ahmad bin Hambal dari jalur Waki’. Adapun matan-matan hadits tersebut adalah sebagai berikut:


  1. Riwayat At Tirmidzy dari Muhammad bin Basysyar.
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
2.     Riwayat Ad-Darimi dari Abu Nu’aim.
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
3.      Riwayat Ahmad bin Hambal dari Waki’.
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
4.     Riwayat Ahmad Bin hanbal dari Abdurrahman bin Mahdi.
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Dari keempat matan hadits tentang perintah bertakwa di mana saja berada maka dapat di simpulkan setelah meneliti dari 3 aspek yang dikemukakan oleh syuhudi ismail yaitu sebagai berikut:
1.      Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya,
Sanad pada riwayat Ahmad bin Hambal dari jalur ‘Abdurrahman bin Mahdi tidak terdapat kecacatan dalam  ke’adalahan serta kedhabitannya. Namun dari segi ketersambungan perawi Maimun bin Abi Syabib dinyatakan tidak mendengar dari Abu Dzar al-Ghifari.
2.      Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna,
Dari keempat matan yang tengah diteliti penulis tidak ada perbedaan yang signifikan dari teks hadits tersebut. Semua hadis di mulai dengan kalimat      اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ dan dikahiri dengan kalimat وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ  .
Tidak ada penambahan atau pengurangan teks dari keempat matan hadits tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa matan hadits tersebut terhindar dari syadz.
3.      Meneliti kandungan matan
Makna dari matan hadits yang diteliti adalah perintah bertakwa kepada Allah di mana saja berada dan mengiringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik agar perbuatan baik itu dapat menghapus dosa perbuatan buruk tersebut, serta perintah bergaul dengan akhlak yang baik.
Melihat kandungan matan yang ada tidak ada satu makna hadits lain pun yang bertentangan dengan kandungan hadits ini. Apabila dibandingkan dengan kandungan al-Qur’an hadits inipun tidak mempunyai pertentangan dengan satu ayat pun di dalam al-Qur’an sehingga matan hadits ini terhindar dari illat. Bahkan kandungan hadits ini sejalan dengan ayat al-Qur’an seperti pada ayat berikut:
¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÏ%©!$# (#qs)¨?$# tûïÏ%©!$#¨r Nèd šcqãZÅ¡øtC ÇÊËÑÈ  
Artinya:
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.

Melihat dari tiga uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matan hadits tentang perintah bertakwa kepada Allah di mana saja berada terhindar dari syadz dan illat.
Dari hasil penelitian kritik sanad dan kritik matan hadits tentang perintah bertakwa kepada Allah SWT di mana saja berada penulis mengambil kesimpulan bahwa kulitas dari hadits ini adalah Hasan Lighairih.  Hal ini senada dengan perkataan ulama Hadits seperti Abu Hatim dan yang lainnya.





III. KESIMPULAN
Dari uraian makalah takhrij hadits tentang perintah bertakwa kepada Allah SWT di mana saja berada, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
  1. Dalam kutub tis’ah, terdapat empat jalur riwayat hadits. Dua jalur riwayat terdapat pada riwayat Ahmad bin Hambal, yaitu jalur dari ‘Abdurrahman bin Mahdi dan Waki’. Satu jalur dar riwayat al-Darimi dan satu jalur terakhir dari riwayat al-Tirmiziy.
  2. Dari hasil penelitian kritik sanad dan kritik matan hadits tentang perintah bertakwa kepada Allah SWT di mana saja berada penulis mengambil kesimpulan bahwa kulitas dari hadits ini adalah Hasan Lighairih.  Hal ini senada dengan perkataan ulama Hadits seperti Abu Hatim dan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin Hanbal, Abu Abd Allah, Musnad Ahmad bin Hanbal, Beirut, al-Mu’assasah, 1995.

al-‘Asqalani al-Syafi’I, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihab al-Din, Tahdzib al-Tahdzib, Beirut, Muassasah, 1996.

Al-Darimi, Abdullah bin Abdurrahman bin al-Fadhl bin Bahram, Musnad al-Darimi, Riyadh, Dar al-Mughni lil Nasyr Wa al-Tauzi’, 1990.

Al-Qaththan, Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Hadits, penerjemah Mifdhol Abdurrahman dari judul asli, Mabahits fi Ulum al-Hadits, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2009.

Al-Tirmidzi, Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, al-Jami’ al-Shahih wa huwa Sunan al-Tirmidzi, Riyadh, maktabah al-Ma’arif lil Nasyr wa al-Tauzi’, 1997.

Arifin, Zainul, Metodologi Pentarjihan Hadits Ditinjau Dari Segi sanad dan Matan, dalam Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1 tahun 2012.

Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta, Bulan Bintang, 1992.

Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta, Amzah, 2010.

Sumbulah, Umi, “Kritik Hadis; Pendekatan Historis Metodologis”, Malang, UIN-Malang Press, 2008.

Tim Bina Karya Guru, Bina Belajar Al-Qur’an Hadis: untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas 5, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2009.

Wensinck, A.J., al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-Nabawi, Leiden, E.J. Bril, 1943.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.


Program file:

Program Maktabah Syamilah.

Prorgram Mausu’ah Ruwatul Hadits 2.


1 komentar:

  1. Do this hack to drop 2 lbs of fat in 8 hours

    Well over 160000 women and men are using a simple and SECRET "liquid hack" to drop 2 lbs each and every night as they sleep.

    It is scientific and it works on everybody.

    This is how to do it yourself:

    1) Take a clear glass and fill it with water half glass

    2) Now follow this weight loss hack

    you'll be 2 lbs lighter when you wake up!

    BalasHapus