MODEL-MODEL
INOVASI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Oleh: Hadi
Purwanto
A. Pendahuluan
Kurikulum adalah sesuatu yang sangat vital dalam pendidikan. Dengan melihat
kerangka atau konsep kurikulum, kita bisa mengetahui arah atau tujuan
pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu alat yang sangat penting bagi
keberhasilan suatu pendidikan. Sebab pendidikan tanpa adanya kurikulum
sangatlah sulit untuk dilaksanakan. Pendidikan tanpa kurikulum ibarat mayat
yang tidak akan mengalami perkembangan. Sebab kurikulum adalah jantungnya
pendidikan. Jika jantung tersebut masih berfungsi dengan baik maka organ tubuh
yang lainnya pun akan berfungsi dengan baik pula. Begitu pula dengan sekolah,
jika kurikulumnya bagus dan disertai pula dengan guru yang
professional maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan akan
menghasilkan lulusan yang baik pula.
Dalam dunia pendidikan kurikulum selalu
mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Proses perubahan secara mendasar dan sistematis
terhadap kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan sebenarnya merupakan
proses transformasi pandangan dan aspirasi tentang pendidikan ke dalam
program-program yang secara efektif akan mewujudkan visi dan misi pendidikan
itu sendiri.
B. Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari
kata latin, innovation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata
kerjanya adalah innovo yang artinya membaharui atau merubah. Sedangkan
dalam Kamus Bahasa Indonesia Innovasi diartikan sebagai pemasukan hal-hal yang
baru; pembaharuan. Selain itu Inovasi juga dapat diartikan pemasukan atau
pengenalan hal-hal yang baru; penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada
atau yang sudah dikenal sebelumnya.
Inovasi dapat diartikan
suatu perubahan yang baru yang menuju ke
arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan
dengan sengaja dan berencana.
Inovasi juga
mempunyai makna pembaharuan yang berdekatan dengan perubahan atau perbaikan.
Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan yang memungkinkan
membawa kearah kebaikan, tetapi kadang malah membawa keburukan.
Innovasi di dalam dunia
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu ide, barang, metode, yang dirasakan
atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok
(masyarakat), baik berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery
(baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
atau untuk memecahkan maslah pendidikan.
Inovasi pendidikan pada hakikatnya adalah
suatu perubahan atau pemikiran cemerlang dalam dunia pendidikan dengan yang
telah ada sebelumnya. Pembaruan pendidikan mempunyai kecenderungan mengemban
misi untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi dalam bidang
pendidikan. Dalam bidang pendidikan banyak upaya yang dilakukan yang sifatnya
pembaruan atau disebut inovasi pendidikan, salahs atunya dalam bidang kurikulum.
Ada beberapa masalah
yang menuntut dilakukannya Inovasi pendidikan sebagai berikut:
1. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
2. Pertambahan
penduduk.
3. Meningkatnya
animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
4. Menurunnya
kualitas pendidikan.
5. Kurag adanya
relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun.
Adapun tujuan
dari inovasi pendidikan adalah meingkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan
efektifitas: sarana serta jumlah peserta didik sebanyaknya-banyaknya, dengan
hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik,
masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan
waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
C. Inovasi dalam Pengembangan Kurikulum
Pengembangan dan
pembaharuan kurikulum dalam pendidikan adalah merupakan suatu keharusan.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikandan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasrkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan
kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal
terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri.
Pengembangan
kurikulum adalah proses perencanaan agar menghasilkan rencana kurikulum yang
luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian
berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata
pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang
mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran untuk
memudahkan proses belajar mengajar.
Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam
bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah
pendidikan. Dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya
keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalnya,
keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar-mengajar yang dianggap kurang
berhasil. Upaya untuk memecahkan masalah tersebut muncul gagasan dan
ide-ide baru sebagai suatu inovasi.
Pada hakikatnya
pengembangan kurikulum merupakan pengembangan komponen-komponen kurikulum yang
membentuk sistem kurikulum itu sendiri yaitu komponen tujuan, bahan, metode,
peserta didik, pendidik, media, lingkungan, sumber belajar, dan lain-lain.
Komponen-komponen kurikulum tersebut harus dikembangkan, agar tujuan pendidikan
dapat dicapai sebagaimana mestinya.
Sebelum mengubah kurikulum hendaknya
diadakan penilaian tentang kurikulum yang sedang dijalankan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
ketercapaian tujuan-tujuan yang tercantum dalam kurikulum tersebut. Dalam
menilai kurikulum harus menilai komponen-komponennya, yaitu : (1) tujuan
kurikulum, (2) pengalaman-pengalaman belajar untuk mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan murid, (3)organisasi pengalaman belajar, urutan
pengalaman dan hubungannya dengan pengalaman lain, (4) cara-cara mengevaluasi
hasil belajar murid.
Adapun faktor-faktor
penyebab dilakukannya Inovasi Kurikulum antara lain adalah sebagai berikut:
1. Adanya
perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lainnya.
2. Berkembangnya
industry dan produksi atau teknologi.
3. Orientasi politik
dan praktek kenegaraan
4. Pandangan intelektual
yang berubah
5. Pemikiran baru
mengenai proses belajar mengajar.
6. Perubahan dalam
masyarakat
7. Eksploitasi ilmu
pengetahuan.
Dalam
perkembangan inovasi kurikulum ada beberapa Kesulitan-kesulitan dalam melakukan
inovasi kurikulum tersebut antara lain:
1. Sekolah biasanya
sangat sukar menerima pembaharuan kurikulum karena biasanya perubahan itu tentu
membutuhkanwaktu proses yang lama dan rumit. Sementara sumber daya manusia yang
dimiliki terbatas bahkan masih rendah.
2. Adanya
pihak-pihak tertentu yang bersifat konservatif, bisa saja pihak guru, kepala
sekolah, atau dari pihak siswa atau orang tua siswa.
3. Kadang-kadang
perubahan kurikulum itu terjait dengan tokoh yang mencetuskannya. Artinya jika
tokoh pencetus itu muncul dari kelompoknya atau tokoh faforitnya, maka pasti
perubahan kurikulum itu akan diterima adengan baik.
4. Mencetuskan
ide-ide baru lebih mudah dari pada menerapkannya dalam praktek. Melahirkan
suatu perubahan dalam kurikulum itu lebih mudah dari pada implementasinya di
lapangan.
5. Pembaharuan kurikulum
memerlukan biaya yang lebih banyak. Tentu maslah yang muncul pertama adalah
konskuensi pendanaan yang besar yang harus disediakan baik oleh pemerintah,
lembaga pendidikan terkait maupun orang tua siswa atau masyarakat.
Adapun
langkah-langkah dalam pembaharuan kurikulum, yaitu:
1. Studi tentang
masalah dan kebutuhan masyarakat
2. Studi tentang
karakteristik dan kebutuhan anak didik.
3. Mobilisasi suatu
perubahan kurikulum.
4. Formulasi tujuan
pendidikan/ kompetensi.
5. Menetapkan
aktifitas belajar dan mata pelajaran.
6. Mengorganisasi
pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran.
7. Pengujian (uji
coba) kurikulum yang diperbaharui.
8. Pelaksanaan
(implementasi) kurikulum baru.
9. Evaluasi dan
revisi kurikulum berikutnya.
D. Model-Model Inovasi Pengembangan Kurikulum
Inovasi
pengembangan kurikulum memiliki beberapa model diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Model Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi dapat diartikan suatu
kemampuan untuk menstrasfer dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki seseorang pada situasi yang baru. Kompetensi dapat berupa pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak.
Berdasarkan pengertian kompetensi di
atas, krikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu.
Kurikulum
berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan
sekolah.
Sasaran KBK pada penguasaan kompetensi
dalam bidang-bidang praktis terutama pekerjaan keahlian baik kompetensi teknis,
vokasional maupun profesional. Makna
yang terkandung dan tersirat dalam KBK terdiri dua hal, yaitu: Pertama KBK
mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta
didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua KBK
memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang dimiliki
masing-masing.
Berdasarkan makna tersebut, maka KBK
sebagai sebuah kurikulum memiliki karakteristik utama sebagai berikut: Pertama,
KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang
harus dikuasai dan dicapai siswa. Kedua, implementasi pemebelajaran dalam KBK
menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap
individu. Ketiga, evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses
belajar.
Adapun karakteristik KBK secara lebih rinci dapat digambarkan
sebagai berikut:
a) Menekankan pada
ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun klasikal.
b) Beroreantasi pada
hasil belajar dan keberagaman.
c) Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervareasi sesuai dengan
keberagaman siswa
d) Sumber belajar
bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif.
e) Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
2. Model Kurikulum Berbasis Masyarakat
Kurikulum berbasis masyarakat adalah
kurikulum yang menekankan perpaduan antara sekolah dan masyarakat. Alasannya
untuk mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini bertujuan untuk meperkenalkan
siswa terhadap lingkungannya, membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang
dapat menjadi bekal hidup mereka di masyarakat, dan membekali siswa agar bisa
hidup mandiri. Bahan objek kajiannya yaitu kebijakan dan ketetapanyang
dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial,
ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu
dipelajari oleh siswa di daerah tersebut.
Adapun karakteristik kurikulum berbasis pada
masyarakat adalah sebagai berikut:
a) Karakteristik
pembelajaran pada kuikulum berbasis masyarakat: Pembelajaran berorientasi pada
masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks.
b) Disiplin klas
berdasarkan tanggung jawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan
c) Metode mengajar
terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah intuk memenuhi kebutuhan
perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.
d) Bentuk hubungan
atau kerja sama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-sumber
masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut dan memperbaiki masyarakat
tersebut
e) Strategi
pembelajaran meliputi karya wisata, manusia (narasumber), survai masyarakat,
berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, kuliah kerja nnyata, proyek
perbaikan masyarakat, dan sekolah pusat masyarakat.
3. Model Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Pendekatan
keterpaduan merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi baik antar komponen
dengan komponen maupun antar komponen dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai
tujuan yang ditentukan sebelumnya. Ini berarti organisasi kurikulum secara
terpadu, suatau bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai
mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam maksud menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk unik dan atau keseluruhan. (integrated curriculum).
Kurikulum
dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan
komponen-komponen masukan, proses dan produk secara seimbang dan setaraf.
Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara terpadu, sehingga
tujuan kurikulum terpadu untuk mengembangkan kemampuan yang merupakan gejala
tingkah laku berkat pengalaman belajar. Untuk memcapai perubahan-perubahan
perilaku, sistem keterpaduan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut : suasana lapangan (field setting) yang memungkinkan siswa
menampilkan kemampuannya di dalam kelas, pengembangan diri sendiri (self
development), pengembangan potensi yang dimiliki masing-masing individu (self
actualization), proses belajar secara kelompok (social learning),
pengulangan dan penguatan (reinforcement), pemecahan masalah-masalah (heuristic
learning), dan sikap percaya diri sendiri (self confidence).
Kurikulum terpadu
merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
Ciri-ciri bentuk
organisasi kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) diantaranya yaitu :
a) Berdasarkan
filsafat pendidikan demokrasi Pancasila.
b) Berdasarkan
psikologi belajar Gestalt dan field theory.
c) Berdasarkan
landasan sosiologis dan sosio-kultural.
d) Berdasarkan
kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik.
e) Ditunjang oleh
semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada.
f) Sistem
penyampaiannya dengan menggunakan sistem pengajaran unit (unit pengalaman dan
unit mata pelajaran).
g) Peran guru sama
aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan peran siswa lebih menonjol dan guru
cenderung berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.
E. Inovasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam adalah
bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang
dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam
adalah semua aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan
secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan
pendidikan Islam.
Berdasarkan keterangan di atas, maka
kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa
alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama
(pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan
kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
Untuk membangun dan menumbuh ajaran agama Islam dalam masyarakat, maka inovasi dan pengembangan kurikulum
Pendidikan Agama perlu dilakukan karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu
berubah, menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang belajar. Mereka yang belajar
mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan kurikulum ialah
penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang
kita hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam artian menyeluruh,
situasi peserta didik, dan para calon pengajar yang diharapkan melaksanakan
kegiatan.
Almarhum Prof. S. Nasution
mengetengahkan empat faktor, landasan ataupun azas utama yang selalu mengambil
peran dalam pengembangan kurikulum, yakni: pertama,
azas filosofis, termasuk filsafat bangsa, masyarakat dan sekolah serta
guru-guru; kedua, azas
sosiologis, menyangkut harapan dan kebutuhan masyarakat (orangtua, kebudayaan,
masyarakat, pemerintah, ekonomi); ketiga,
azas psikologis yang terkait dengan taraf perkembangan fisik, mental, emosional
dan spiritual anak didik; keempat,
azas epistemologis, berkaitan dengan konsep kita mengenai hakekat ilmu
pengetahuan
Melalui pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam berbasis
kemajemukan akan dapat dijadikan sebagai jawaban atau solusi alternatif bagi
keinginan untuk merespon persoalan-persoalan di atas. Sebab dalam pendidikanya,
pemahaman Islam yang hendak dikembangkan oleh pendidikan berbasis pluralisme
adalah pemahaman dan pemikiran yang bersifat inklusif.
Melalui sistem pendikikanya, sebuah
pendidikan yang berbasis pluralisme akan berusaha memelihara dan berupaya
menumbuhkan pemahaman yang inklusif pada peserta didik. Dengan suatu
orientasi untuk memberikan penyadaran terhadap para peserta didiknya akan
pentingnya saling menghargai, menghormati dan bekerja sama dengan agama-agama
lain.
F. Penutup
Dari uraian
makalah di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Inovasi dapat
diartikan suatu perubahan yang baru yang
menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang
dilakukan dengan sengaja dan berencana.
2. Innovasi di dalam
dunia pendidikan dapat diartikan sebagai suatu ide, barang, metode, yang
dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok
(masyarakat), baik berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery
(baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
atau untuk memecahkan maslah pendidikan.
3. Inovasi kurikulum dan
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan
tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah pendidikan.
4. Inovasi
pengembangan kurikulum memiliki beberapa model diantaranya adalah sebagai
berikut: Model kurikulum berbasis kompetensi, model kurikulum berbasis
masyarakat dan model kurikulum berbasis keterpaduan.
DAFTAR PUSTAKA
Ernasari, Reni, Inovasi Kurikulum, dalam: http://renny12395.blogspot.com /2013/02/inovasi-kurikulum.html, diakses pada 2
Mei 2014.
Hamalik, Oemar, Dasar-Dasar Pengembangan
Kurikulum, Bandung: Rosda Karya, 2011.
Hasan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan,
Jakarta: Rieneka Cipta, 2008.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,
Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum:
Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah
Orientasi Baru, Jakarta: Referensi, 2012.
Nasution, S., Asas-Asas
Kurikulum, (Jakarta:Bumi
Aksara,2011), h.251
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum:
Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, Yogyakarta: Teras, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar