Jumat, 25 Desember 2015

MODEL-MODEL INOVASI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

MODEL-MODEL INOVASI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Oleh: Hadi Purwanto

A.  Pendahuluan
Kurikulum adalah sesuatu yang sangat vital dalam pendidikan. Dengan melihat kerangka atau konsep kurikulum, kita bisa mengetahui arah atau tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Sebab pendidikan tanpa adanya kurikulum sangatlah sulit untuk dilaksanakan. Pendidikan tanpa kurikulum ibarat mayat yang tidak akan mengalami perkembangan. Sebab kurikulum adalah jantungnya pendidikan. Jika jantung tersebut masih berfungsi dengan baik maka organ tubuh yang lainnya pun akan berfungsi dengan baik pula. Begitu pula dengan sekolah, jika kurikulumnya bagus dan disertai pula dengan guru yang professional maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan akan menghasilkan lulusan yang baik pula.
Dalam dunia pendidikan kurikulum selalu mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses perubahan secara mendasar dan sistematis terhadap kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan sebenarnya merupakan proses transformasi pandangan dan aspirasi tentang pendidikan ke dalam program-program yang secara efektif akan mewujudkan visi dan misi pendidikan itu sendiri. 

 
B.  Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya adalah innovo yang artinya membaharui atau merubah. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Innovasi diartikan sebagai pemasukan hal-hal yang baru; pembaharuan. Selain itu Inovasi juga dapat diartikan pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.
Inovasi dapat diartikan suatu perubahan  yang baru yang menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana.
Inovasi juga mempunyai makna pembaharuan yang berdekatan dengan perubahan atau perbaikan. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan yang memungkinkan membawa kearah kebaikan, tetapi kadang malah membawa keburukan.
Innovasi di dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok (masyarakat), baik berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan maslah pendidikan.
Inovasi pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perubahan atau pemikiran cemerlang dalam dunia pendidikan dengan yang telah ada sebelumnya. Pembaruan pendidikan mempunyai kecenderungan mengemban misi untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan banyak upaya yang dilakukan yang sifatnya pembaruan atau disebut inovasi pendidikan, salahs atunya dalam bidang kurikulum.
Ada beberapa masalah yang menuntut dilakukannya Inovasi pendidikan sebagai berikut:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pertambahan penduduk.
3. Meningkatnya animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
4. Menurunnya kualitas pendidikan.
5. Kurag adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun.
Adapun tujuan dari inovasi pendidikan adalah meingkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektifitas: sarana serta jumlah peserta didik sebanyaknya-banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.

C.  Inovasi dalam Pengembangan Kurikulum
Pengembangan dan pembaharuan kurikulum dalam pendidikan adalah merupakan suatu keharusan. Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikandan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasrkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. Dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalnya, keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar-mengajar yang dianggap kurang berhasil. Upaya untuk memecahkan masalah tersebut muncul  gagasan dan ide-ide baru sebagai suatu inovasi. 
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum merupakan pengembangan komponen-komponen kurikulum yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri yaitu komponen tujuan, bahan, metode, peserta didik, pendidik, media, lingkungan, sumber belajar, dan lain-lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut harus dikembangkan, agar tujuan pendidikan dapat dicapai sebagaimana mestinya.
Sebelum mengubah kurikulum hendaknya diadakan penilaian tentang kurikulum yang sedang dijalankan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan-tujuan yang tercantum dalam kurikulum tersebut. Dalam menilai kurikulum harus menilai komponen-komponennya, yaitu : (1) tujuan kurikulum, (2) pengalaman-pengalaman belajar untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan murid, (3)organisasi pengalaman belajar, urutan pengalaman dan hubungannya dengan pengalaman lain, (4) cara-cara mengevaluasi hasil belajar murid.
Adapun faktor-faktor penyebab dilakukannya Inovasi Kurikulum antara lain adalah sebagai berikut:
1.    Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lainnya.
2.    Berkembangnya industry dan produksi atau teknologi.
3.    Orientasi politik dan praktek kenegaraan
4.    Pandangan intelektual yang berubah
5.    Pemikiran baru mengenai proses belajar mengajar.
6.    Perubahan dalam masyarakat
7.    Eksploitasi ilmu pengetahuan.
Dalam perkembangan inovasi kurikulum ada beberapa Kesulitan-kesulitan dalam melakukan inovasi kurikulum tersebut antara lain:
1.    Sekolah biasanya sangat sukar menerima pembaharuan kurikulum karena biasanya perubahan itu tentu membutuhkanwaktu proses yang lama dan rumit. Sementara sumber daya manusia yang dimiliki terbatas bahkan masih rendah.
2.    Adanya pihak-pihak tertentu yang bersifat konservatif, bisa saja pihak guru, kepala sekolah, atau dari pihak siswa atau orang tua siswa.
3.    Kadang-kadang perubahan kurikulum itu terjait dengan tokoh yang mencetuskannya. Artinya jika tokoh pencetus itu muncul dari kelompoknya atau tokoh faforitnya, maka pasti perubahan kurikulum itu akan diterima adengan baik.
4.    Mencetuskan ide-ide baru lebih mudah dari pada menerapkannya dalam praktek. Melahirkan suatu perubahan dalam kurikulum itu lebih mudah dari pada implementasinya di lapangan.
5.    Pembaharuan kurikulum memerlukan biaya yang lebih banyak. Tentu maslah yang muncul pertama adalah konskuensi pendanaan yang besar yang harus disediakan baik oleh pemerintah, lembaga pendidikan terkait maupun orang tua siswa atau masyarakat.
Adapun langkah-langkah dalam pembaharuan kurikulum, yaitu:
1.     Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat
2.     Studi tentang karakteristik dan kebutuhan anak didik.
3.     Mobilisasi suatu perubahan kurikulum.
4.     Formulasi tujuan pendidikan/ kompetensi.
5.     Menetapkan aktifitas belajar dan mata pelajaran.
6.     Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran.
7.     Pengujian (uji coba) kurikulum yang diperbaharui.
8.     Pelaksanaan (implementasi) kurikulum baru.
9.     Evaluasi dan revisi kurikulum berikutnya.

D.  Model-Model Inovasi Pengembangan Kurikulum
Inovasi pengembangan kurikulum memiliki beberapa model diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Model Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi dapat diartikan suatu kemampuan untuk menstrasfer dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seseorang pada situasi yang baru. Kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, krikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah.
Sasaran KBK pada penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis terutama pekerjaan keahlian baik kompetensi teknis, vokasional maupun profesional.  Makna yang terkandung dan tersirat dalam KBK terdiri dua hal, yaitu: Pertama KBK mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua KBK memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing.
Berdasarkan makna tersebut, maka KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki karakteristik utama sebagai berikut: Pertama, KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang harus dikuasai dan dicapai siswa. Kedua, implementasi pemebelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Ketiga, evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar.
Adapun karakteristik KBK secara lebih rinci dapat digambarkan sebagai berikut:
a)   Menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun klasikal.
b)   Beroreantasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c)   Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervareasi sesuai dengan keberagaman siswa
d)   Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif.
e)   Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

2. Model Kurikulum Berbasis Masyarakat
Kurikulum berbasis masyarakat adalah kurikulum yang menekankan perpaduan antara sekolah dan masyarakat. Alasannya untuk mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini bertujuan untuk meperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup mereka di masyarakat, dan membekali siswa agar bisa hidup mandiri. Bahan objek kajiannya yaitu kebijakan dan ketetapanyang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut.
Adapun  karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat adalah sebagai berikut:
a)    Karakteristik pembelajaran pada kuikulum berbasis masyarakat: Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks.
b)    Disiplin klas berdasarkan tanggung jawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan
c)    Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah intuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.
d)    Bentuk hubungan atau kerja sama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut dan memperbaiki masyarakat tersebut
e)    Strategi pembelajaran meliputi karya wisata, manusia (narasumber), survai masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, kuliah kerja nnyata, proyek perbaikan masyarakat, dan sekolah pusat masyarakat.

3. Model Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Pendekatan keterpaduan merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi baik antar komponen dengan komponen maupun antar komponen dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Ini berarti organisasi kurikulum secara terpadu, suatau bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam maksud menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik dan atau keseluruhan. (integrated curriculum).
Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan komponen-komponen masukan, proses dan produk secara seimbang dan setaraf. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu untuk mengembangkan kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar. Untuk memcapai perubahan-perubahan perilaku, sistem keterpaduan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : suasana lapangan (field setting) yang memungkinkan siswa menampilkan kemampuannya di dalam kelas, pengembangan diri sendiri (self development), pengembangan potensi yang dimiliki masing-masing individu (self actualization), proses belajar secara kelompok (social learning), pengulangan dan penguatan (reinforcement), pemecahan masalah-masalah (heuristic learning), dan sikap percaya diri sendiri (self confidence).
Kurikulum terpadu merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) diantaranya yaitu :
a)    Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi Pancasila.
b)    Berdasarkan psikologi belajar Gestalt dan field theory.
c)    Berdasarkan landasan sosiologis dan sosio-kultural.
d)    Berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik.
e)    Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada.
f)      Sistem penyampaiannya dengan menggunakan sistem pengajaran unit (unit pengalaman dan unit mata pelajaran).
g)    Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan peran siswa lebih menonjol dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.

E.  Inovasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam. 
Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
Untuk membangun dan menumbuh ajaran agama Islam dalam masyarakat, maka inovasi dan pengembangan kurikulum Pendidikan Agama perlu dilakukan karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah, menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang belajar. Mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan kurikulum ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar yang diharapkan melaksanakan kegiatan.
Almarhum Prof. S. Nasution mengetengahkan empat faktor, landasan ataupun azas utama yang selalu mengambil peran dalam pengembangan kurikulum, yakni: pertama, azas filosofis, termasuk filsafat bangsa, masyarakat dan sekolah serta guru-guru; kedua, azas sosiologis, menyangkut harapan dan kebutuhan masyarakat (orangtua, kebudayaan, masyarakat, pemerintah, ekonomi); ketiga, azas psikologis yang terkait dengan taraf perkembangan fisik, mental, emosional dan spiritual anak didik; keempat, azas epistemologis, berkaitan dengan konsep kita mengenai hakekat ilmu pengetahuan
Melalui pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam berbasis kemajemukan akan dapat dijadikan sebagai jawaban atau solusi alternatif bagi keinginan untuk merespon persoalan-persoalan di atas. Sebab dalam pendidikanya, pemahaman Islam yang hendak dikembangkan oleh pendidikan berbasis pluralisme adalah pemahaman dan pemikiran yang bersifat inklusif.
Melalui sistem pendikikanya, sebuah pendidikan yang berbasis pluralisme akan berusaha memelihara dan berupaya menumbuhkan pemahaman yang inklusif pada peserta didik. Dengan  suatu orientasi untuk memberikan penyadaran terhadap para peserta didiknya akan pentingnya saling menghargai, menghormati dan bekerja sama dengan agama-agama lain.

F.   Penutup
Dari uraian makalah di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.   Inovasi dapat diartikan suatu perubahan  yang baru yang menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana.
2.   Innovasi di dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok (masyarakat), baik berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan maslah pendidikan.
3.   Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.
4.   Inovasi pengembangan kurikulum memiliki beberapa model diantaranya adalah sebagai berikut: Model kurikulum berbasis kompetensi, model kurikulum berbasis masyarakat dan model kurikulum berbasis keterpaduan.

DAFTAR PUSTAKA
Ernasari, Reni, Inovasi Kurikulum, dalam: http://renny12395.blogspot.com /2013/02/inovasi-kurikulum.html, diakses pada 2 Mei 2014.

Hamalik, Oemar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosda Karya, 2011.   

Hasan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rieneka Cipta, 2008.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru, Jakarta: Referensi, 2012.

Nasution, S., Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta:Bumi Aksara,2011), h.251

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2010.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.  

Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, Yogyakarta: Teras, 2009.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar