Jumat, 25 Desember 2015

PENGILMUAN ISLAM

PENGILMUAN ISLAM
(Integrasi Ilmu dan Islam Menurut Kuntowijoyo)
Oleh: Hadi Purwanto
A.    Pendahuluan
Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini yang dilakukan oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Secara totalitas ditengah ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa ummat Islam akan maju dapat menyusul menyamai orang-orang barat apabila mampu menstransformasikan dan menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Istilah Islamisasi Sains pertama kali dikemukakan pada Konferensi Pendidikan Islam sedunia Pertama yang dilaksanakan pada 31 Maret sampai 8 April 1977 di Jeddah, Saudi Arabia. Pada konferensi tersebut Indonesia juga mengirimkan delegasinya yang dipimpin oleh AM Syaifuddin.
Sedangkan diIndonesia wacana Islamisasi Sains pertama kali dikemukakan pada Diskusi Panel Epistimologi Islam yang dilaksanakan di Masjid Istiqlal pada 23 November 1985. Wacana ini terus bergulir hingga sekarang sehingga memunculkan para intelektual-intelektual Muslim yang menggagaskan Islamisasi Sains.
Salah satu intelektual Muslim Indonesia yang menggagaskan Islamisasi Sains adalah Kuntowijoyo. Namun ide islamisasi Sains Kuntowijoyo agak berbeda karena ia lebih memilih term “Pengilmuan Islam” yang dianggapnya lebih benar.
Adapun batasan penulisan makalah ini agar lebih terarah penulis hanya menjelaskan tentang (1) Biografi Kontoeijoyo (2) Latar Belakang Pemikiran Pengilmuan Islam menurut Kuntowijoyo (3) Pengilmuan Islam menurut Kuntowijoyo.

B.     Biografi Kuntowijoyo
Kuntowijoyo Lahir di Soroboyan, Sanden, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 18 September 1943, dari pasangan H. Abdul Wahid Sostroatmojo dan Hj. Warasti. Meskipun dilahirkan di Yogyakarta ia dibesarkan di Ngawonggo Kecamatan Ceper, Klaten dalam lingkungan keluarga Jawa yang beraga Islam beraliran Muhammadiyah.
Kuntowijoyo menyelesaikan Sekolah Dasar dan Madrasah pada tahun 1956 dan SMP tahun 1959, semuanya di Klaten. Sedangkan pendidikan SMA di Surakarta tamat tahun 1962. Setelah tamat SMA Kuntowijoyo melanjutkan pendidikannya di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, dan selesai tahun 1969.
Gelar MA American History (S2) diperoleh dari Universitas Connecticut, Amerika Serikat, tahun 1974. Dan Gelar Ph.D (S3) Ilmu Sejarah di Universitas Columbia dengan Disertasinya, Social Change in an Agrarian Society: Madura 1950—1940, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940.
Kuntowijoyo mengajar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada dan terakhir menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya, dan menjadi peneliti senior di Pusat Studi dan Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Selain sebagai sejarawan  Kontowijoyo dikenal sebagai sastrawan dan budayawan yang arif, dan juga pemikir (intelektual) Islam yang cerdas, jujur dan berintegritas. Kontowijoyo juga seorang kiyai, karena ia ikut membangun dan membina Pondok Pesantren Budi Mulia tahun 1980 dan mendirikan Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK) di Yogyakarta tahun 1980. Dia menyatu dengan pondok pesantren yang menempatkan dirinya sebagai seorang kiai.
Kuntowijoyo juga dikenal sebagai aktivis Muhammadiyah. Dia sangat lekat dengan Muhammadiyah. Bahkan dia pernah menjadi anggota PP Muhammadiyah dan dia melahirkan sebuah karya berjudul Intelektualisme Muhammadiyah: Menyongsong Era Baru.
Sejak awal tahun 1990, Kuntowijoyo menderita sakit yang tergolong langka, yaitu meningno enchephalitis, semacam radang selaput otak yang disebabkan oleh virus flu ganas. Penyakit ini menyebabkan terganggunya kemampuan otak untuk menggerakkan tubuh. Namun meski begitu, Kuntowijoyo tetap menulis. Bahkan setelah mengalami sakit, tulisan Kuntowijoyo menjadi lebih jernih. Sampai menjelang akhir hayatnya, karya-karya Kuntowijoyo terus mengalir hingga lebih dari 50 judul.
Kuntowijoyo meninggal dunia di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, Selasa, 22 Pebruari 2005 di usia 62 tahun akibat komplikasi; sesak nafas, deare, dan ginjal.
C.    Latar Belakang Pemikiran Pengilmuan Islam menurut Kuntowijoyo
Ada dua hal penting yang melatar belakangi pemikirannya terutama dalam merumuskan gagasan-gagasannya tentang Islam. Pertama, perhatiannya yang sangat besar terhadap  pola pikir masyarakat yang  masih dibelenggu mitos-mitos dan kemudian berkembang  hanya sampai pada tingkat ideologi.  Menurutnya, Islam yang masuk ke Indonesia telah mengalami agrarisasi. Peradaban Islam yang bersifat terbuka, global, kosmopolit dan merupakan mata-rantai penting  peradaban dunia telah mengalami penyempitan dan stagnasi dalam bentuk budaya-budaya lokal.
Untuk  itu dia melakukan  analisis-analisis historis dan kultural untuk melihat  perkembangan umat Islam di Indonesia. Kondisi seperti ini telah mendorongnya untuk melontarkan gagasan-gagasan transformasi sosial melalui re-interpretasi nilai-nilai Islam, yang menurutnya sejak awal telah mendorong manusia berpikir secara rasional dan empiris.
Kedua, adanya respon terhadap tantangan masa depan yang cenderung mereduksi agama dan menekankan sekularisasi sebagai keharusan sejarah. Industrialisasi dan teknokratisasi akan melahirkan moralitas baru yang menekankan pada rasionalitas ekonomi, pencapaian perorangan dan kesamaan. Ini mendorongnya melontarkan gagasannya tentang paradigma Islam, terutama yang berkaitan dengan rumusan teori ilmu-ilmu sosial Islam.
Selain itu ilmu-ilmu Barat yang berkembang saat ini menurut Kontowijoyo adalah ilmu-ilmu yang terlahir dari akal budi manusia yang diawali dengan filsafat­, antroposentrisme, diferensiasi, hingga menjadi ilmu sekular. Filsafat adalah awal berangkat ilmu-ilmu sekuler. Rasionalisme yang berkembang pada abad 15 M dan 16 M menolak teosentrisme abad pertengahan. Wahyu dibuang, rasio diagungkan.
Antroposentrisme adalah konsekuensi logis dari penolakan atas wahyu. Di mana manusia menjadi pusat kebenaran, etika, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Manusia adalah pencipta, pelaksana, dan sekaligus konsumen atas produksinya sendiri. Waktu manusia memandang dirinya sebagai pusat, maka terjadilah diferensiasi (pemisahan). Seluruh pengetahuan dipisahkan dari wahyu. Karena itu kegiatan ekonomi, politik, hukum, dan ilmu pengetahuan dipisahkan dari agama (sekular). Kebenaran ilmu terletak pada ilmu sendiri. Maka jadilah apa yang dinamakan dengan ilmu sekular, ilmu yang diklaim sebagai objektif, bebas nilai, dan bebas dari kepentingan. Namun ternyata, ilmu itu telah melampaui dirinya. Ilmu yang semula adalah ciptaan manusia berbalik menjadi penguasa atas manusia. Ilmu menggantikan wahyu sebagai pedoman kehidupan.
D.    Pengilmuan Islam menurut Kuntowijoyo
Secara harfiah, frasa “pengilmuan Islam” berarti menjadikan Islam sebagai ilmu. Hal ini perlu diperhatikan bahwa pengilmuan islam tidak hanya berbicara mengenai Islam sebagai sumber ilmu, atau etika Islam sebagai panduan penerapan ilmu. Namun Islam itu sendiri yang merupakan ilmu.
Dengan “pengilmuan Islam”, yang ingin ditujunya adalah aspek universalitas klaim Islam sebagai rahmat bagi alam semesta—bukan hanya bagi pribadi-pribadi atau masyarakat Muslim, tapi semua orang; bahkan setiap makhluk di alam semesta ini. “Rahmat bagi alam semesta” adalah tujuan akhir pengilmuan Islam. Rahmat itu dijanjikan bukan hanya untuk Muslim tapi untuk semuanya. Tugas Muslim adalah mewujudkannya; pengilmuan Islam adalah caranya. Secara lebih spesifik, Islam di-ilmu-kan dengan cara mengobjektifkannya.
Untuk itu dalam rangka pengilmuan Islam, Kuntowijoyo menawarkan dua metode, pertama adalah integralisasi, dan yang kedua adalah objektivikasi. Maksud integralisasi adalah penyatuan ilmu-ilmu yang terlahir dari akal budi manusia dengan al-Qur’an atau wahyu. Sementara yang dimaksud dengan objektivikasi adalah menjadikan pengilmuan Islam sebagai rahmat bagi semua orang.
Dalam upaya integralisasi, perlu adanya pembalikan. Sumber pertama pengetahuan dan kebenaran haruslah agama, kemudian bergerak menjadi teoantroposentrisme, dediferensiasi, dan ilmu integralistik. Penjelasannya adalah, pertama, sumber pengetahuan dan kebenaran adalah dari agama, dalam hal ini adalah wahyu Tuhan, yaitu al-Qur’an. Kemudian, di dalam teoantroposentrisme, kebenaran agama digabungkan dengan kebenaran yang bersumber dari akal budi manusia. Sehingga dalam praktiknya, terjadi dediferensiasi, yaitu menyatunya agama dalam setiap aktivitas kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, ataupun budaya. Selanjutnya dikenallah apa yang dinamakan dengan ilmu integralistik, ilmu yang bukan sekedar menggabungkan, tetapi juga menyatukan antara wahyu dan hasil akal budi manusia.
Kemudian objektivikasi. Ia adalah suatu tindakan yang didasarkan oleh nilai-nilai agama, tetapi disublimasikan dalam suatu tindakan objektif, sehingga diterima semua orang. Tujuannya adalah untuk semua orang, melintasi batas-batas agama, budaya, suku, dan lain-lain. Dalam istilah Kuntowijoyo, objektivikasi adalah penterjemahan nilai-nilai internal ke dalam kategori-kategori objektif.

E.     Penutup
Dari uraian makalah di atas maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut:
1.      Kontowijoyo adalah seorang sejarawan, sastrawan dan budayawan yang arif, dan juga pemikir (intelektual) Islam yang cerdas, jujur dan berintegritas. Selain itu Kuntowijoyo adalah aktivis Muhammadiyah dan pernah menjabat sebagai anggota PP Muhammadiyah.
2.      Latar belakangi pemikiran Kuntowijoyo dalam merumuskan gagasan-gagasannya tentang Islam, yaitu:  Pertama, perhatiannya yang sangat besar terhadap  pola pikir masyarakat yang  masih dibelenggu mitos-mitos dan kemudian berkembang  hanya sampai pada tingkat ideologi. Kedua, adanya respon terhadap tantangan masa depan yang cenderung mereduksi agama dan menekankan sekularisasi sebagai keharusan sejarah.
3.      Menurut Kuntowijoyo pengilmuan Islam berarti menjadikan Islam sebagai ilmu. Hal ini perlu diperhatikan bahwa pengilmuan islam tidak hanya berbicara mengenai Islam sebagai sumber ilmu, atau etika Islam sebagai panduan penerapan ilmu. Namun Islam itu sendiri yang merupakan ilmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar