Minggu, 27 Desember 2015

Pengertian Guru Profesional

Pengertian Guru Profesional - Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Pengertian guru profesional menurut para ahli adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya, baik secara individual atau klasikal, di sekolah atau di luar sekolah.

Guru adalah semua orang yang mempunyai wewenang serta mempunyai tanggung jawab untuk membimbing serta membina murid. Latar belakang pendidikan bagi guru dari guru lainnya tidak selalu sama dengan pengalaman pendidikan yang dimasuki dalam jangka waktu tertentu. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan bisa mempengaruhi aktivitas seorang guru dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar. Namun, karena tidak sedikit guru yang diperlukan di madrasah maka latar belakang pendidikan seringkali tidak begitu dipedulikan.

Jika kompetensi mempunyai arti kecakapan atau kemampuan, hal ini erat kaitannya dengan pemilihan ilmu, kecakapan atau keterampilan menjadi seorang guru. Kompetensi adalah suatu tugas yang memiliki dan mempunyai kecakapan atas pengetahuan, keterampilan serta kemampuan yang dituntut karena jabatan seseorang.

Pengertian guru profesional adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik individual atau klasikal. Hal ini berarti bahwa guru, harus memiliki minimal dasar kompetensi sebagai bentuk wewenang dan kemampuan di dalam menjalankan tugas-tugasnya. Kompetensi guru adalah suatu keahlian yang wajib dipunyai oleh guru, baik dari kemampuan segi pengetahuan, kemampuan dari segi keterampilan dan tanggung jawab pada murid-murid yang di didiknya, sehingga dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik bisa berjalan dengan baik.

Hal ini guru perlu untuk mengetahui dan memahami kompetensi sebagai seorang guru. Kompetensi guru menjadi modal penting di dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran yang begitu banyak macamnya. Dilihat secara garis besar ada dua segi yaitu dari segi kompetensi pribadi serta dari kompetensi guru professional. Dengan macam-macam kompetensi itu maka pengertian guru profesional harus mampu mengembangkan kepribadian, berinteraksi serta berkomunikasi, mampu melaksanakan bimbingan serta penyuluhan, melaksanakan administrasi sekolah, menjalankan penelitian sederhana sebagai keperluan pengajaran, menguasai landasan kependidikan, memahami bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, dan mengevaluasi hasil dan proses belajar mengajar yang telah dijalankan.

sumber: http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/pengertian-guru-profesional.html

Pengertian Dan Definisi Guru

Pengertian Dan Definisi Guru - Guru adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan sebagai guru ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai guru. Menjadi seorang guru dibutuhkan syarat-syarat khusus. Apa lagi jika menjadi seorang guru yang profesional maka harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang harus dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

Pengertian dan definisi guru adalah unsur penting di dalam keseluruhan sistem pendidikan. Karena itu peranan dan kedudukan guru demi meningkatkan mutu dan kualitas anak didik harus diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Pengertian dan definisi guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya melakukan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang dipikulnya.

GURU

GURU

Guru (bahasa Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatuilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

Jumat, 25 Desember 2015

TAKHRIJ HADIS TENTANG PERINTAH BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT DI MANA SAJA BERADA

TAKHRIJ HADIS TENTANG
PERINTAH BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT
DI MANA SAJA BERADA

Oleh: Hadi Purwanto

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber pengetahuan tersebut ada dua macam, yaitu naqli dan aqli. Sumber yang bersifat naqli merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus maupun masalah dunia secara umum. Sumber naqli yang paling otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah Al-Qur’an dan hadits.
Hadis bagi umat Islam menempati urutan kedua sesudah Al-Qur’an karena disamping sebagai sumber ajaran Islam hadis juga secara langsung terkait dengan keharusan mentaati Rasulullah SAW, dan juga berfungsi sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-uangkapan Al-Qur’an yang masih bersifat mujmal, ‘am dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya di Indonesia hadits diajarkan disemua sekolah baik sekolah umum maupun sekolah agama. Pada sekolahan umum hadits masuk dalam pelajaran agama Islam (PAI) sedangkan hadits pada sekolah agama seperti Madrasah masuk dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Namun pada buku-buku teks yang beredar di sekolah umum ataupun sekolah agama hadits ditulis hanya berupa teks (matan) serta perawi I dan mukharrijnya saja. Tidak hanya itu pada teks tersebut tidak dicantumkan kualitas hadits tersebut.

PENGILMUAN ISLAM

PENGILMUAN ISLAM
(Integrasi Ilmu dan Islam Menurut Kuntowijoyo)
Oleh: Hadi Purwanto
A.    Pendahuluan
Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini yang dilakukan oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Secara totalitas ditengah ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa ummat Islam akan maju dapat menyusul menyamai orang-orang barat apabila mampu menstransformasikan dan menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Istilah Islamisasi Sains pertama kali dikemukakan pada Konferensi Pendidikan Islam sedunia Pertama yang dilaksanakan pada 31 Maret sampai 8 April 1977 di Jeddah, Saudi Arabia. Pada konferensi tersebut Indonesia juga mengirimkan delegasinya yang dipimpin oleh AM Syaifuddin.
Sedangkan diIndonesia wacana Islamisasi Sains pertama kali dikemukakan pada Diskusi Panel Epistimologi Islam yang dilaksanakan di Masjid Istiqlal pada 23 November 1985. Wacana ini terus bergulir hingga sekarang sehingga memunculkan para intelektual-intelektual Muslim yang menggagaskan Islamisasi Sains.
Salah satu intelektual Muslim Indonesia yang menggagaskan Islamisasi Sains adalah Kuntowijoyo. Namun ide islamisasi Sains Kuntowijoyo agak berbeda karena ia lebih memilih term “Pengilmuan Islam” yang dianggapnya lebih benar.
Adapun batasan penulisan makalah ini agar lebih terarah penulis hanya menjelaskan tentang (1) Biografi Kontoeijoyo (2) Latar Belakang Pemikiran Pengilmuan Islam menurut Kuntowijoyo (3) Pengilmuan Islam menurut Kuntowijoyo.

MENGENAL LANGKAH-LANGKAH KRITIK HADIS

MENGENAL LANGKAH-LANGKAH KRITIK HADIS
Oleh: Hadi Purwanto
A.    Pendahuluan
Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber pengetahuan tersebut ada dua macam, yaitu naqli dan aqli. Sumber yang bersifat naqli merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus maupun masalah dunia secara umum. Sumber naqli yang paling otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah Al-Qur’an dan hadits.
Hadis bagi umat Islam menempati urutan kedua sesudah Al-Qur’an karena disamping sebagai sumber ajaran Islam hadis juga secara langsung terkait dengan keharusan mentaati Rasulullah SAW, dan juga berfungsi sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-uangkapan Al-Qur’an yang masih bersifat mujmal, ‘am dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya Hadis banyak ditulis oleh para ulama-ulama Hadis (muhadditsin). Kitab-kitab yang telah ditulis sangat beragam, baik dari segi sitematika, topic penghimpunan maupun kualitas hadis yang dikandungnya. Hal tersebut terjadi karena proses penulisan dan pembukuan Hadis, kreteria penyeleksian serta obyek dan sasaran yang menjadi perhatian Ulama Hadis berbeda.
Dengan adanya keragaman  kitab hadis terutama dari segi kualitas hadis yang dikandungnya, upaya meneliti keshahihan hadis yang termuat menjadi urgen dilakukan. Tujuannya agar umat Islam benar-benar mampu memilah-milah antara hadis yang shahih dan hadis yang tidak shahih.
Salah satu upaya untuk mengetahui keshahihah suatu hadis para ulama hadis melakukan kritik hadis. Sehingga setalah dialakukan kritik hadis tersebut sebuah hadis benar-benar diketahui kualitasnya.  
Adapun batasan penulisan makalah ini agar lebih terarah penulis hanya menjelaskan tentang: (1) Pengertian kritik hadis, (2) Langkah-langkah kritik hadis

PENELITIAN LITERATUR

PENELITIAN LITERATUR
(LIBRARY RESEARCH)
Oleh: Hadi Purwanto
A.    Pendahuluan
Penelitian Literatur atau Penelitian Kepustakaan merupakan jenis penelitian kualitatif yang pada umumnya tidak terjun ke lapangan dalam pencarian sumber datanya. Penelitian Kepustakaan merupakan metode yang digunakan dalam pencarian data, atau cara pengamatan (bentuk observasi) secara mendalam terhadap tema yang diteliti
Selain itu penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan. Contoh-contoh penelitian semacam ini adalah penelitian sejarah, penelitian pemikiran tokoh, penelitian (bedah) buku dan berbagai contoh lain penelitian yang berkait dengan kepustakaan.
 Penelitian jenis ini salah satunya memuat beberapa gagasan atau teori yang saling berkaitan secara kukuh serta didukung oleh data-data dari sumber pustaka. Sumber pustaka sebagai bahan kajian dapat berupa jurnal penelitian ilmiah, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian ilmiah, buku teks yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya, makalah, laporan/kesimpulan seminar, catatan/rekaman diskusi ilmiah, tulisan-tulisan resmi terbitan pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Beberapa data-data pustaka tersebut dibahas secara mendalam dan teliti, dalam rangka sebagai pendukung atau penentang gagasan atau teori awal untuk menghasilkan kesimpulan.
Selain bersumber dari teks bentuk cetak yang berupa tulisan atau catatan-catatan yang berupa huruf dan angka, penelusuran pustaka dapat juga melalui bentuk piringan optik,  melalui komputer atau data komputer.  Dengan kata lain penelitian kepustakaan bisa juga dalam bentuk digital. Dan bias juga bersumber dari film (hasil rekaman), gambar, dokumen, dan arsip-arsip sejarah. Kesimpulan penelitian kepustakaan salah satunya dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan data/informasi dari berbagai sumber pustaka kemudian diolah dan disajikan dengan cara baru untuk memperoleh kepentingan yang baru.

PERADABAN ISLAM DI MASA PEMERINTAHAN DINASTI FATHIMIYYAH

PERADABAN ISLAM DI MASA PEMERINTAHAN DINASTI FATHIMIYYAH

Oleh: Hadi Purwanto

A.    Pendahuluan
Dalam Islam kita telah mengenal banyak dinasti pemerintahan, seperti dinasti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan lain sebagainya. Adanya dinasti-dinasti tersebut merupakan revolusi ke tiga dari bentuk pemerintahan langsung oleh Rasulullah dan masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.
Dinasti Fathimiyah adalah merupakan salah satu dinasti Islam yang pernah ada dan juga memiliki andil dalam memperkaya khazanah sejarah peradaban Islam. Dinasti ini tumbuh dari loyalitas terhadap Ali bin Abi Thalib yang selanjutnya menjadi isu terpenting bagi komunitas Syi’ah untuk mengembangkan konsep Islamnya.
Pada abad ke- VII dan ke- VIII M, isu tersebut mengarah kepada gerakan politis dalam bentuk perlawanan kepada Khalifah Umaiyah dan Khilafah Abbasiyah. Meski Khilafah Abbasiyah mampu berkuasa dalam tempo yang begitu lama, akan tetapi periode keemasannya hanya berlansung singkat. Puncak kemerosotan kekuasaan khalifah-khalifah Abbasiyah ditandai dengan berdirinya khilafah-khilafah kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan politik Khalifah Abbasiyah.
Khilafah-khilafah yang memisahkan diri itu salah satu diantaranya adalah Fatimiyah yang berasal dari golongan Syi’ah sekte Ismailiyah, yakni sebuah aliran sekte di Syi’ah yang lahir akibat perselisihan tentang pengganti imam Ja’far al-Shadiq yang hidup antara tahun 700-756 M. Fatimiyah hadir sebagai tandingan bagi penguasa Abbasiyah yang berpusat di Baghdad yang tidak mengakui kekhalifahan Fatimiyah sebagai keturunan Rasulullah dari Fatimah.

MENENTUKAN SUMBER DATA DALAM PENELITIAN

MENENTUKAN SUMBER DATA DALAM PENELITIAN
OLEH: HADI PURWANTO
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Sumber data dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1.    Person: sumber data berupa orang
2.    Place: sumber dat berupa tempat
3.    Paper: sumber data berupa symbol

PERKEMBANGAN SUPERVISI PENDIDIKAN: SUPERVISI MASA LALU; MASA KINI; KECENDRUNGAN SUPERVISI KEDEPAN

PERKEMBANGAN SUPERVISI PENDIDIKAN:
SUPERVISI MASA LALU; MASA KINI; KECENDRUNGAN SUPERVISI KEDEPAN



Oleh: Hadi Porwanto & Hafizian Nor

A.    Pendahuluan
Supervisi merupakan hal yang urgen dalam pendidikan sebab supervise memiliki peran yang sangat penting demi meningkatkan kualitas sekolah terkhusus dalam peningkatan kualitas guru yang berefek pada peningkatan kualitas anak didik.Supervise memilki perkembangan-perkembangan dari masa kemasa, sehingga supervise pada masa awal tentu berbeda dengan masa sekarang, namun diantara supervise-supervisi tersebut memiliki kelemahan sehingga perlu adanya keterkaitan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahas perkembangan supervisi yang di mulai dari supervise masa awal atau sejarah supervisi, supervisi ilmiah, supervisi manusiawi, supervise masa sekarang dan supervise yang akan dating atau gambaran/ ramalan tentang perkembangan supervise kedepannya.

BUDAYA MUTU DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

BUDAYA MUTU DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Hadi Purwanto & Irwan

A.  Pendahuluan
Di era sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin canggih dan terus mengglobal sehingga berdampak pada hampir semua kehidupan umat manusia di muka bumi dewasa ini. Semakin berkembangnya IPTEK tersebut manusia dituntut untuk semakin maju pula. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan nasional dewasa ini dan mendatang. Prioritas ini didasarkan pada kebijaksanaan sebelumnya yang lebih menekankan kepada perluasan dan kesempatan belajar sehingga mutunya sedikit terabaikan. Selain itu, tentunya tuntutan terhadap mutu pendidikan semakin kuat sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan di setiap sektor kehidupan di masa kini dan mendatang.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan kini sebenarnya telah, sedang dan akan terus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Mulai dari peningkatan kualitas pendidikan pra sekolah, dasar, menengah sampai dengan perguruan timggi. Salah satu upaya yang dewasa ini sedang disosialisasikan dan dianggap tepat adalah melalui Total Quality Management (TQM) . Esensi dari TQM adalah suatu filosofi dan menunjuk pada perubahan budaya dalam suatu organisasi (pendidikan), serta dapat menyentuh hati dan pikiran orang menuju mutu yang diidamkan.
Sedangkan bagian penting Total Quality Management (TQM) yang sulit penerapannya adalah menciptakan, memelihara, dan menjaga keberlangsungan budaya TQM di sekolah. Budaya sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk siswa menjadi manusia yang penuh optimis, berani, tampil, berperilaku kooperatif, dan kecakapan personal dan akademik. Sekolah-sekolah yang memiliki keunggulan atau keberhasilan pendidikan tertentu biasanya dapat dilihat dari beberapa variabel yang mempengaruhinya seperti perolehan nilai dan kondisi fisik, akan tetapi kurang memperhatikan hal lain yang tidak tampak yang justru lebih berpengaruh terhadap kinerja individu dan organisasi itu sendiri yang mencakup nilai-nilai (values), keyakinan (beliefs), budaya, dan norma perilaku yang disebut sebagai the human side of organization (sisi/aspek manusia dan organisasi).

MODEL-MODEL INOVASI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

MODEL-MODEL INOVASI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Oleh: Hadi Purwanto

A.  Pendahuluan
Kurikulum adalah sesuatu yang sangat vital dalam pendidikan. Dengan melihat kerangka atau konsep kurikulum, kita bisa mengetahui arah atau tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Sebab pendidikan tanpa adanya kurikulum sangatlah sulit untuk dilaksanakan. Pendidikan tanpa kurikulum ibarat mayat yang tidak akan mengalami perkembangan. Sebab kurikulum adalah jantungnya pendidikan. Jika jantung tersebut masih berfungsi dengan baik maka organ tubuh yang lainnya pun akan berfungsi dengan baik pula. Begitu pula dengan sekolah, jika kurikulumnya bagus dan disertai pula dengan guru yang professional maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan akan menghasilkan lulusan yang baik pula.
Dalam dunia pendidikan kurikulum selalu mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses perubahan secara mendasar dan sistematis terhadap kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan sebenarnya merupakan proses transformasi pandangan dan aspirasi tentang pendidikan ke dalam program-program yang secara efektif akan mewujudkan visi dan misi pendidikan itu sendiri. 

ASSESMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

ASSESMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
Oleh: Hadi Purwanto

A.    ISI BUKU
Salah satu pendorong utama di balik gerakan penilaian saat ini dalam pendidikan tinggi Amerika adalah para eksekutif dan legislatif di pemerintah negara bagian. Banyak negara tertarik dalam gerakan penilaian diawali dengan pencetusan gerakan reformasi pendidikan yang dimulai pada awal tahun 1980 dengan mempublikasikan laporan-laporan tentang penilaian. Salah satu tema dalam laporan tersebut adalah pendidikan tinggi perlu memperkuat dan meningkatkan praktik penilaian.
Faktor lain di balik gerakan penilaian adalah semakin populernya konsep akuntabilitas dalam pendidikan tinggi. Penilaian diduga salah satu cara untuk membuat lembaga lebih bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan dari program pendidikan mereka.
Keterlibatan negara dalam kegiatan penilaian pendidikan tinggi telah menjadi suatu keharusan. Para kepala Negara ataupun kepala daerah sebagai pemangku kebijakan publik di seluruh negeri mempunyai kewajiban memperluas dan memperkuat penilaian guna meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab masyarakat memiliki hak untuk tahu kegunaan dana dari pembayaran pajak terutama pada alokasi pendidikan, terutama lembaga-lembaga pendidikan yang didanai dengan uang Negara.

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM: TRADISI PESANTREN, MADRASAH DAN PENDIDIKAN TINGGI ISLAM

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM: TRADISI PESANTREN, MADRASAH DAN PENDIDIKAN TINGGI ISLAM

Oleh:Hadi Purwanto

A.  Pendahuluan

Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya upaya besama untuk mengerakan semua sumber dan alat (resources) yang tersedia dalam suatu oganisasi. Resaouces tersebut dapat tergolongakan menjadi dua bagian besar, yaitu: human resource dan non human resaouces. Dalam lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan Islam yang termasuk salah satu unit organisasi juga terdiri dari berbagai unsur atau sumber, dan manusia lah merupakan unsur terpenting. Untuk itu dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung atas kemampuan pemimpinya untuk menubuhkan iklim kerja sama dengan mudah an dapat menggerakan sumber-sumber daya yang ada sehingga dapat mendaya gunakanya dan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan demikian kehidupan suatu organisasi sangat ditentukan oleh peran seorang pemimpin. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang Mampu menumbuhkan dan mengembangkan usaha kerja sama serta memelihara iklim yang kondusif dalam kehidupan organisasi. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi   hubungan manusia.
Kepemimpinan yang baik tentunya sangat berdampak pada tercapai tidaknya tujuan organisasi karena pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja yang dipimpinnya. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan merupakan bagian dari kepemimpinan. Konsep kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi, dan hubungan.
Adapun batasan penulisan makalah ini agar lebih terarah penulis hanya menjelaskan tentang: (1) Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam; (2) Kepemimpinan di Madrasah; (3) Kepemimpinan di Pesantren; (4) Kepemimpinan di Pendidikan Tinggi Islam.

SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI ROHAM RAYA KABUPATEN BARITO KUALA

SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS
DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI ROHAM RAYA
KABUPATEN BARITO KUALA

Oleh: Hadi Purwanto

A.  Pendahuluan
Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan tersebut adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan.
 Salah satu prinsip tersebut adalah bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.
 Dalam kaitan dengan hal di atas, tujuan standar mutu pendidikan ditetapkan adalah untuk menjamin mutu proses transpormasi, mutu instrumental dan mutu kelulusan, yang meliputi : (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. 


Untuk mencapai tujuan standar pendidikan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan supervise. Secara umum supervisi pendidikan merupakan proses pemberian bantuan untuk peningkatan mutu pendidikan, untuk itu supervisi dapat dilakukan dari Kepala Sekolah kepada Guru, dari Pengawas kepada Kepala Sekolah & Guru, dari Guru kepada Guru, dan dari Kepala Sekolah kepada Kepala Sekolah.
Supervisi biasanya juga diikuti pengawasan yang berarti pembinaan. Pembinaan ini dapat dalam bidang akademik dan administratif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hakikat supervisi adalah proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas mengelola proses belajar mengajar bagi siswa. Pengembangan profesionalisme guru adalah proses belajar yang terus menerus pada berbagai tingkatan. Program Pengembangan Profesionalisme Guru yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan guru untuk mewujudkan visi dan tujuan sekolah. Dengan demikian fungsi supervisi adalah salah satu mekanisme untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik pula.

SANGGAR KEGIATAN BELAJAR

SANGGAR KEGIATAN BELAJAR


Oleh: Hadi Purwanto – Irwan - H. Asy’ari

A.    Pendahuluan
Pengembangan sumber daya manusia telah menjadi prioritas dalam program nasional. Pengembangan sumber daya ini diarahkan pada proses pengaktualisasian semua potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh manusia sehingga menjadi bermanfaat bagi kehidupan sendiri dan sesama anggota masyarakat.
Amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal. Melalui jalur pendidikan nonformal, pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yang kini berubah nama menjadi Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal ( PNF I ) menyelenggarakan berbagai program yang salah satu diantaranya adalah Pendidikan Kesetaraan, yang terdiri atas (1) Paket A setara SD, (2) Paket B setara SMP, dan (3) Paket C setara SMA (Sudibyo, 2003: 44).
Pendidikan Luar Sekolah ini antara lain dilembagakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Dalam kegiatan pendidikan di SKB materi pelajaran yang diberikan kepada warga belajar secara global terdiri dari pelajaran umum dan bimbingan atau
pelatihan ketrampilan teknis. SKB mengemban misi tertentu, khususnya menyangkut pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini proses pemberdayaan masyarakat melalui proses belajar mengajar dimaksudkan agar menghasilkan masyaka t yang berpengetahuan, trampil, dan berpenghasilan. Sejalan dengan itu parameter keberhasilan dalam kegiatan pendidikan di SKB intinya yaitu terciptanya lapangan kerja bagi para pemuda agar kondisinya lebih baik dan menciptakan masyarakat berpengetahuan dan bermatapencaharian. Dengan demikian SKB mempunyai peranan dalam rangka memberdayakan masyarakat.